Sunday, October 10, 2010

Peran strategis mahasiswa

Peran Strategis Mahasiswa
*Menjadi mahasiswa sejati*

*Oleh: Isa’07

“Manusia yang bijak adalah manusia yang tidak melupakan hal-hal terkecil dalam hidupnya”

Mahasiswa merupakan kelompok minoritas. Begitu juga dengan Para Aktivis hanyalah minoritas dalam populasi mahasiswa. Tetapi mereka memainkan peranan yang profetik. Mereka melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang tidak atau belum dipikirkan oleh masyarakat pada umumnya. Dalam sebuah visi, mereka menginginkan suatu perubahan. Tidak sekedar perubahan-perubahan marginal, tetapi perubahan fundamental serta memikirkan suatu proses transformasi. Sebagai kelompok minoritas terdidik, tentunya mahasiswa memiliki banyak kekuatan di dalam diri yang biasa disebut dengan kekuatan moral (moral force), kekuatan ide (power of idea) dan kekuatan nalar (power of reason).

“Tak ada yang tak berubah selain perubahan itu sendidri”

Wahai kawan-kawanku seperjuangan...!
Perlu kita ingat bersama, sejarah Indonesia mencatat bagaimana pentingnya peran mahasiswa baik dalam proses menuju maupun pasca terbentuknya negara Indonesia. Peran mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam berbagai organisasi kemahasiswaan sangat menonjol dalam perubahan-perubahan besar di republik ini. Sejarah kemudian mencatat peran mereka dalam pembentukan nasionalisme Indonesia melalui Sumpah Pemuda (Youth Pledge) 1928, penculikan Soekarno-Hatta yang mendorong percepatan proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, peralihan Orde Lama ke Orde Baru pada akhir tahun 1960-an, dan peralihan dari Orde Baru ke Era Reformasi pada tahun 1996.

Sejarah Indonesia adalah sejarah pemudanya. Kehadiran pemudalah yang menciptakan momen sejarah Indonesia masa depan, yakni sejarah terbentuknya sebuah bangsa yang satu dan merdeka dari ketertindasan kolonialisme (Revolusi Pemuda: 1988).

Sebagai ‘kawah candradimuka’ pembentukan para aktivis, organisasi kemahasiswaan memang tidak pernah tunggal dan terpolarisasi berdasarkan keyakinan ideologisnya masing-masing. Tiap-tiap kelompok memiliki sikap, pandangan, pemahaman, dan penilaian yang berbeda-beda tentang sejumlah permasalahan. Mereka juga berbeda dalam cita-cita tentang bentuk masyarakat ideal. Namun demikian, tak bisa dipungkiri bahwa organisasi-organisasi kemahasiswaan berperan besar khususnya dalam penyiapan dan penyediaan kader-kader penerus bangsa, apapun keyakinan ideologis dan cita-cita ideanya. Mahasiswalah yang berperan sebagai Agent Of Change dan Agent Of Social Control bagi masyarakat dan bangsanya. Berdasarkan background kesejarahan tersebut, setidaknya sejak awal seorang mahasiswa sepatutnya mengetahui peran sebagai mahasiswa dan menanamkan diri untuk menjadi sosok “Mahasiswa Sejati”

Agar kita semua bisa memahami posisi sebagai mahasiswa, paling tidak kita harus mengetahui empat predikat yang senantiasa melekat pada diri mahasiswa:
1. Insan akademis.
Dalam konteks ini mahasiswa adalah Insan pembelajar yang haus akan ilmu pengetahuan dan informasi bagi pengembangan rasio dan kepribadiannya. Sekaligus menjadi bagian yang mengusung dunia yang dinaungi nilai-nilai keilmiahan, moralitas, dan independensi.
2. kepemudaan
Mahasiswa adalah bagian dari pemuda dan pemuda adalah pemilik ‘darah muda’, yang mencari bentuk jati diri dan menterjemahkan dunianya terkadang tidak secara rasional melainkan emosional. Dalam kemudaannya, mahasiswa adalah insan yang menginginkan perubahan, progresifitas, dan menciptakan dunianya sendiri yang berada dari dunia buatan orang tua.
3. Youth Of The Nation
Sebagai youth of the nation, Mahasiswa merupakan potret masa depan bangsa. Sudah sewajarnya bila suatu bangsa banyak menaruh harapan pada komunitas pemuda. Sebagai youth of the nation, mahasiswa harus mempelajari permasalahan, dan keresahan bangsanya. Memahami kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang (SWOT) yang dimiliki bangsanya. Lebih penting lagi, menjadi bagian problem solver, bukan beban (liability) bagi bangsa khususnya di lingkungan kampus.
4. Elit intelektual
Tidak sampai dari lima persen pemuda Indonesia mampu mengenyam pendidikan tinggi. Oleh karena itu, mahasiswa mau tidak mau terbentuk menjadi ‘elit’ karena jumlahnya yang sedikit dan memperoleh kesempatan istimewa menempuh pendidikan tinggi. Sebagai elit intelektual, mahasiswa sudah sepatutnya menjadi ‘kompas’ yang menunjukkan arah bangsa. Menjadi ‘lampu pijar’ yang menerangi lingkungan sekitarnya.
Jangan sampai mahasiswa hanya bisa menutup mata terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi baik di tataran internal maupun eksternal kampus. sebagai tambahan pemahaman wawasan dan pengetahuan, akhirnya tiada harapan yang ingin kita capai sebagai mahasiswa, selain bagaimana kita dapat membaca dan dapat memberikan yang terbaik bagi perubahan. Ingat, proses adalah hukum wajib untuk dilakukan. Dalam proses terdapat ketekunan, kesabaran dan semangat yang harus menggebu. Karena tidak ada keberhasilan yang hampa proses, apa lagi yang gratis.

Hidup Mahasiswa...!!!

 *ketua BEM FKIP UNRAM