Sunday, October 10, 2010

Peran strategis mahasiswa

Peran Strategis Mahasiswa
*Menjadi mahasiswa sejati*

*Oleh: Isa’07

“Manusia yang bijak adalah manusia yang tidak melupakan hal-hal terkecil dalam hidupnya”

Mahasiswa merupakan kelompok minoritas. Begitu juga dengan Para Aktivis hanyalah minoritas dalam populasi mahasiswa. Tetapi mereka memainkan peranan yang profetik. Mereka melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang tidak atau belum dipikirkan oleh masyarakat pada umumnya. Dalam sebuah visi, mereka menginginkan suatu perubahan. Tidak sekedar perubahan-perubahan marginal, tetapi perubahan fundamental serta memikirkan suatu proses transformasi. Sebagai kelompok minoritas terdidik, tentunya mahasiswa memiliki banyak kekuatan di dalam diri yang biasa disebut dengan kekuatan moral (moral force), kekuatan ide (power of idea) dan kekuatan nalar (power of reason).

“Tak ada yang tak berubah selain perubahan itu sendidri”

Wahai kawan-kawanku seperjuangan...!
Perlu kita ingat bersama, sejarah Indonesia mencatat bagaimana pentingnya peran mahasiswa baik dalam proses menuju maupun pasca terbentuknya negara Indonesia. Peran mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam berbagai organisasi kemahasiswaan sangat menonjol dalam perubahan-perubahan besar di republik ini. Sejarah kemudian mencatat peran mereka dalam pembentukan nasionalisme Indonesia melalui Sumpah Pemuda (Youth Pledge) 1928, penculikan Soekarno-Hatta yang mendorong percepatan proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, peralihan Orde Lama ke Orde Baru pada akhir tahun 1960-an, dan peralihan dari Orde Baru ke Era Reformasi pada tahun 1996.

Sejarah Indonesia adalah sejarah pemudanya. Kehadiran pemudalah yang menciptakan momen sejarah Indonesia masa depan, yakni sejarah terbentuknya sebuah bangsa yang satu dan merdeka dari ketertindasan kolonialisme (Revolusi Pemuda: 1988).

Sebagai ‘kawah candradimuka’ pembentukan para aktivis, organisasi kemahasiswaan memang tidak pernah tunggal dan terpolarisasi berdasarkan keyakinan ideologisnya masing-masing. Tiap-tiap kelompok memiliki sikap, pandangan, pemahaman, dan penilaian yang berbeda-beda tentang sejumlah permasalahan. Mereka juga berbeda dalam cita-cita tentang bentuk masyarakat ideal. Namun demikian, tak bisa dipungkiri bahwa organisasi-organisasi kemahasiswaan berperan besar khususnya dalam penyiapan dan penyediaan kader-kader penerus bangsa, apapun keyakinan ideologis dan cita-cita ideanya. Mahasiswalah yang berperan sebagai Agent Of Change dan Agent Of Social Control bagi masyarakat dan bangsanya. Berdasarkan background kesejarahan tersebut, setidaknya sejak awal seorang mahasiswa sepatutnya mengetahui peran sebagai mahasiswa dan menanamkan diri untuk menjadi sosok “Mahasiswa Sejati”

Agar kita semua bisa memahami posisi sebagai mahasiswa, paling tidak kita harus mengetahui empat predikat yang senantiasa melekat pada diri mahasiswa:
1. Insan akademis.
Dalam konteks ini mahasiswa adalah Insan pembelajar yang haus akan ilmu pengetahuan dan informasi bagi pengembangan rasio dan kepribadiannya. Sekaligus menjadi bagian yang mengusung dunia yang dinaungi nilai-nilai keilmiahan, moralitas, dan independensi.
2. kepemudaan
Mahasiswa adalah bagian dari pemuda dan pemuda adalah pemilik ‘darah muda’, yang mencari bentuk jati diri dan menterjemahkan dunianya terkadang tidak secara rasional melainkan emosional. Dalam kemudaannya, mahasiswa adalah insan yang menginginkan perubahan, progresifitas, dan menciptakan dunianya sendiri yang berada dari dunia buatan orang tua.
3. Youth Of The Nation
Sebagai youth of the nation, Mahasiswa merupakan potret masa depan bangsa. Sudah sewajarnya bila suatu bangsa banyak menaruh harapan pada komunitas pemuda. Sebagai youth of the nation, mahasiswa harus mempelajari permasalahan, dan keresahan bangsanya. Memahami kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang (SWOT) yang dimiliki bangsanya. Lebih penting lagi, menjadi bagian problem solver, bukan beban (liability) bagi bangsa khususnya di lingkungan kampus.
4. Elit intelektual
Tidak sampai dari lima persen pemuda Indonesia mampu mengenyam pendidikan tinggi. Oleh karena itu, mahasiswa mau tidak mau terbentuk menjadi ‘elit’ karena jumlahnya yang sedikit dan memperoleh kesempatan istimewa menempuh pendidikan tinggi. Sebagai elit intelektual, mahasiswa sudah sepatutnya menjadi ‘kompas’ yang menunjukkan arah bangsa. Menjadi ‘lampu pijar’ yang menerangi lingkungan sekitarnya.
Jangan sampai mahasiswa hanya bisa menutup mata terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi baik di tataran internal maupun eksternal kampus. sebagai tambahan pemahaman wawasan dan pengetahuan, akhirnya tiada harapan yang ingin kita capai sebagai mahasiswa, selain bagaimana kita dapat membaca dan dapat memberikan yang terbaik bagi perubahan. Ingat, proses adalah hukum wajib untuk dilakukan. Dalam proses terdapat ketekunan, kesabaran dan semangat yang harus menggebu. Karena tidak ada keberhasilan yang hampa proses, apa lagi yang gratis.

Hidup Mahasiswa...!!!

 *ketua BEM FKIP UNRAM

Thursday, September 30, 2010

soal anorganik

SOAL
1. Sebutkan dan tuliskan rumus molekul mineral logam alkali!
2. Uraikan proses produksi logam alkali!
3. Apakah semua logam alkali diproduksi dengan cara yang sama?
4. Bisakah membuat logam alkali dalam skala laboratorium?Prosesnya?
5. Bandingkan sifat fisik dan sifat kimia logam alkali!


Jawaban
1. Untuk logam Natrium dan Kalium, di alam terdapat dalam bentuk mineral. Seperti: albite (NaAlSi3O8), chile salpeter ( NaNo3), kriolit (Na3AlF6), halit (NaCl), natron (Na2C03.10H20), boraks (Na2B4O7.1H2O). mika ( K2O. 3Al2O3.6SiO2.2H2O), karnalit ( KCl. MgCl.6H2O), sylivite (KCl), orthoclase (KalSi3O8) , Fieldspar (K2O. Al2O3. SiO2), dan Sendawa (KNO3)
Logam-logam Li, Rb, dan Cs dialam terdapat dalam mineral fosfat trifilit. Litium di alam terdapat pada mineral fosfat trifilit, silikat lepidolit dan mineral pegmatit.
Litium, mineralnya adalah Lepidolit, Spodumene (LiAlSi2O6).
Cesium, Mineralnya adalah Pokusit (Cs4Al4Si9O2.6H2O)

2. Cara pembuatan logam Alkali
Metode Elektrolisis
Logam Li dan Na adalah reduktor kuat sehingga tidak mungkin diperoleh dengan mereduksi oksidanya. Oleh karena itu logam-logam ini diperoleh dengan cara elektrolisis.
Elektrolisis Li
Sumber logam Li adalah spodumene [LiAl(SO)3]. Spodumene dipanaskan pada suhu 100oC, lalu dicampur dengan H2SO4 panas, dan dilarutkan ke air untuk memperoleh larutan Li2SO4. kemudian, Li2SO4 direksikan dengan Na2CO3 membentuk Li2CO3 yang sukar larut.

Li2SO4 + Na2CO3 → Li2CO3 + Na2SO4
Setelah itu, Li2CO3 direaksikan dengan HCl untuk membentuk LiCl.

Li2CO3 + 2HCl → 2LiCl + H2O + CO2
Li dapat diperoleh dari elektrolisis lelehan LiCl. Katoda : Li+ + e- → Li

Anoda : 2Cl- → Cl2 + 2e-

Karena titik leleh LiCl tinggi (>600oC), biaya elektrolisis menjadi mahal. Namun, biaya dapat ditekan dengan cara menambahkan KCl (55% LiCl dan 45% KCl) yang dapat menurunkan titik leleh menjadi 430oC.
Logam Alkali dapat diperoleh melalui sintesis dengan reaksi tertentu. Logam natrium dapat diperoleh dengan cara elektrolisis NaCl cair pada temperatur 6000C dengan elektrode besi. Perhatikan gambar dibawah ini:
Katode (Fe) : 2Na+(aq) + 2e → 2Na(s)
Anode (Fe) : 2Cl-(aq) → Cl2(g) + 2e














Gambar : Pembuatan Natrium
(Sumber: Buku Kimia 3A untuk kelas XII, 2006)
Logam kalium tidak mudah diperoleh dengan jalan elektrolisis, karena logam ini sangat mudah larut. Logam natrium dihasilkan dengan cara penguapan KCl air dan natrium cair pada temperatur 8500C (Pranowo dkk. 2006: 84)
Na(c) + KCl(c) ↔NaCl(c) + K(g)
Reaksi ini dapat terjadi karena natrium merupakan agen pereduksi yang lebih kuat dibanding kalium. Reaksi ini bersifat reversibel dan pada temperatur rendah, KCl banyak yang tidak bereaksi. Pada temperatur 8500C, reaksi akan bergeser kekanan karena uap kalium (hasil reaksi) dipisahkan dari sistem (prinsip Le Chatelier). Prinsip yang sama juga digunakan untuk menghasilkan Rb dan Cs dengan logam Ca sebagai agen pereduksi.
Litium dan natrium dapat diperoleh dengan elektrolisis garam leburan atau eutetik bertitik leleh rendah seperti CaCl2 + NaCl. Karena titik lelehnya yang rendah dan mudah menguap, K, Rb, dan Cs tidak dengan mudah dibuat melalui elektrolisis, namun diperoleh dengan mengolah lelehan klorida dengan uap Na (sama dengan
pernyataan sebelumnya). Logam-logam dimurnikan dengan destilasi ( Cotton dan Wilkinson, 2007: 252)
3. Tidak. Karena sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, akibat dari titik leleh yang rendah dan mudah menguap, sehingga K, Rb, dan Cs tidak dibuat dengan cara elektrolisis seperti Na dan Li, tetapi dibuat dengan mengolah lelehan klorida dan uap Na.
4. kurang tahu, belum dapat refrensi yang tepat. Hal ini dikarenakan pada golongan IA (alkali), hanya hidrogen yang lebih kita ketahui dapat dibuat di laboratorium. Yakni dapat dilakukan dengan beberapa cara (dapat dilihat pada reaksi dibawah ini)
1. Logam (golongan IA/IIA) + air
2K(s) + 2H2O(l) → 2KOH (aq) + H2 (g)
Ca (s) + 2H2O (l) → Ca(OH)2 (aq) + H2 (g)

2. Logam dengan + asam kuat encer
Zn (s) + 2HCl (aq) → ZnCl2 (aq) + H2 (g)
Mg (s) + 2 HCl (aq) → MgCl2 (aq) + H2(g)


3. Logam amfoter + basa kuat
Zn (s) + NaOH(aq) → Na2ZnO2 (aq) + H2(g)
2Al (s) + 6NaOH (aq) → 2Na3AlO3 (aq) + 3H2(g)

5. Sifat fisik dan sifat kimia logam alkali.
 Perbandingan Sifat fisik dari logam alkali
Secara umum, logam alkali ditemukan dalam bentuk padat. Kecuali Cs (cesium) yang berbentuk cair jika suhu lingkungan pada saat pengukuran melebihi 28oC. Meskipun mereka adalah logam paling kuat, tetapi secara fisik mereka lunak bahkan bisa diiris menggunakan pisau. Hal ini karena mereka hanya memiliki satu elektron valensi pada kulit terluarnya. Sedangkan jumlah kulitnya makin bertambah dari atas ke bawah dalam tabel unsur periodik. Sehingga ikatan antar logamnya lemah.
Dari penurunan titik didih dan titik leleh ini, bisa disimpulkan bahwa Cs memiliki titik didih dan titik leleh terendah dibandingkan logam lainnya karena ia memiliki ikatan logam paling lemah sehingga akan lebih mudah untuk melepas ikatan.
Hal Li Na K Rb Cs
Nomor atom
Konfigurasi Elektron
Kelimpahan dikulit bumi (ppm)
Jenis
Wujud (250C)
Densitas (g/cm3)
Titik leleh (0C)
Titik didih (0C)
Jari-jari atom (pm)
Jari-jari ion (pm)*
Energi ionisasi (kj/mol)
Elektronegativitas
Potensial reduksi dtandar (V)#
KekerasaanΦ
Warna api

Warna logam 3
[He]2s1
20
Logam
Padatan
0,534
179
1317
155
60
520
1,0
-3,05
0,6
Merah
tua
Keperak-
an 11
[Ne]3s1
23600
Logam
Padatan
0,970
97,6
892
190
95
496
0,9
-2,71
0,4
Kuning

Keperak-
an 19
[Ar]4s1
20900
Logam
Padatan
0,860
63
770
235
133
419
0,8
-2,93
0,5
Lemba-yung
Keperak-
an 37
[Kr]5s1
90
Logam
Padatan
1,530
39
688
248
148
403
0,8
-2,93
0,3
Merah
Kebiruan
Keperak-
an 55
[Xe]6s1
1
Logam
Padatan
1,870
28
678
267
169
375
0,7
2,92
0,2
Biru

Kuning keemasan
* Kation M+, di mana M merupakan logam alkali
# Setengah reaksi yaitu M+(aq) + e- → M(s)
Φ Diukur berdasarkan skala : talck = 0 dan intan 10

Energi Ionisasi
Energi ionisasi pertama adalah energi yang dibutuhkan untuk melepaskan satu elektron yang terikat paling lemah dari satu mol atom dalam keadaan gas. Energi ionisasi dalam satu golongan berhubungan erat dengan jari-jari atom. Jari-jari atom pada golongan alkali dari Li ke Cs jari-jarinya semakin besar, sesuai dengan pertambahan jumlah kulitnya. Semakin banyak jumlah kulitnya, maka semakin besar jari-jari atomnya. Semakin besar jari-jari atom, maka daya tarik antara proton dan elektron terluarnya semakin kecil. Sehingga energi ionisasinya pun semakin kecil.

Pada logam alkali yang memiliki satu elektron valensi ia akan lebih mudah membentuk ion positif agar stabil dengan melepas satu elektron tersebut. Li menjadi Li+, Na menjadi Na+, K manjadi K+ dan yang lainnya.

Jari-jari ionnya mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan jari-jari atomnya, karena ion logam alkali membentuk ion positif. Ion positif mempunyai jumlah elektron yang lebih sedikit dibandingkan atomnya. Berkurangnya jumlah elektron menyebabkan daya tarik inti terhadap lintasan elektron yang paling luar menjadi lebih kuat sehingga lintasan elektron lebih tertarik ke arah inti.

Kereaktifan

Logam alkali sangat reaktif dibandingkan logam golongan lain. Selain disebabkan oleh jumlah elektron valensi yang hanya satu dan ukuran jari-jari atom yang besar, sifat ini juga disebabkan oleh harga energi ionisaisnya yang lebih kecil dibandingkan logam golongan lain. Dari Li sampai Cs harga energi ionisai semakin kecil sehingga logamnya semakin reaktif. Kereaktifan logam alkali dibuktikan dengan kemudahannya bereaksi dengan air, oksigen, unsur-unsur halogen, dan hidrogen.
 Sifat kimia
Tentang litium
Sekelumit litium terdapat dalam samudera dan pada beberapa organisme, walaupun unsur ini tidak berguna pada fungsi biologis manusia. Walaupun demikian, efek neurologi dari ion litium Li+ membuat garam litium sangat berguna sebagai obat penstabilan suasana hati. Litium dan senyawa-senyawanya mempunyai beberapa aplikasi komersial, meliputi keramik dan gelas tahan panas, aloi dengan rasio kekuatan berbanding berat yang tinggi untuk pesawat terbang, dan baterai litium. Litium juga memiliki tempat yang penting dalam fisika nuklir

Tentang Natrium
Sifat:
- logam yang putih seperti perak, lunak dan sedikit ringan daripada air
- dapat larut dalam raksa, dengan membentuk Natrium amalgama
- jika terkena udara cepat berubah menjadi Na2O. Jika dipanaskan dengan udara yang tidak mengandung CO2 maka terbentuk Natrium Peroxida (Na2O2) yang kuning warnanya
- dapat langsung bereaksi dengan air

2Na + 2H2O → 2NaOH + H2

Tentang kalium
Sifat:
logam lunak berwarna putih
bila di didihkandiatas suhu 760°C memberikan uap hijau
pada T = 0°C dapat membentuk kristal putih
spektrum garis berwarna merah (pada λ = 7697 A° dan 7663 A°) dan violet (pada λ = 4044 A°)
dalam udara kering dapat stabil tetapi dalam udara biasa dapat menjadi kusam

Tentang Rubidium
Sifat-sifat:
warna putih mengkilat keperakan
dengan udara terbakar terjadi Rb2O
dengan air: 2Rb + 2H2O → 2RbOH + H2 dan terbakar hebat
dengan asam terbakar hebat
garam yang sukar larut RbCl4 dan Rb3CO(NO3)6

Tentang Cesium
Sifat:
logam yang berwarna putih keperakan dan lunak
dapat bereaksi dengan udara membentuk Cs2O
dengan udara terbakar terjadi Cs2O
dengan air atau asam dapat terbakar hebat

Reaksi-reaksi
Reaksi dengan air
Logam alkali bereaksi dengan air menghasilkan gas hidrogen dan logam hidroksida. Litium (Li) sedikit bereaksi dan sangat lambat, sodium (Na) jauh lebih cepat, kalium (K) terbakar, sedangkan rubidium (Rb) dan cesium (Cs) menimbulkan ledakan. Reaksi antara logam dan air adalah sebaga berikut:

2M + 2H2O → 2MOH + H2

Reaksi dengan Oksigen

Logam alkali juga bereaksi dengan oksigen membentuk oksida. Li, Na, K biasanya disimpan dalam minyak untuk menghindari adanya kontak dengan oksigen. Oksida yang terbentuk dari logam alkali bermacam-macam. Li membentuk oksida normal Li2O. Na membentuk peroksida Na2O2. Bila jumlah oksigen berkurang atau dengan tekanan rendah dapat membentuk oksida normal Na2O. K, Rb, dan Cs membentuk super oksida MO2.

Reaksi dengan Air
Logam alkali bereaksi dengan air menghasilkan gas hidrogen dan basa kuat. Reaksi ini berlangsung sangat eksotermis yang berarti ia akan menimbulkan panas ketika bereaksi dengan air. Litium (Li) sedikit bereaksi dan sangat lambat, natrium (Na) jauh lebih cepat, kalium (K) terbakar sedangkan rubidium (Rb) dan cesium (Cs) menimbulkan ledakan. Reaksi antara logam dan air adalah sebagai berikut:

2M + 2H2O → 2MOH + H2

Logam akan berikatan dengan OH-. Semakin kuat sifat logamnya maka semakin kuat sifat basanya. Dari Li ke Cs pelepasan OH- akan semakin mudah (berhubungan dengan energi ionisasi) sehingga konsentrasi OH- yang terbentuk akan semakin tinggi. Maka Cs yang paling membentuk basa kuat.

Reaksi dengan Oksigen
Logam alkali juga bereaksi dengan oksigen membentuk oksida ( bilangan oksigen = -2), peroksida (bilangan oksigen = -1), atau superoksida (bilangan oksida =-1/2). Dari Li sampai Cs, kecenderungan logam alkali untuk menghasilkan senyawa peroksida atau superoksida semakin besar karena sifat logamnya semakin reaktif. Untuk menghasilkan oksida logam alkali, jumlah oksigen harus dibatasi dan digunakan suhu yang rendah (di bawah 180oC).

4L + O2 → 2L2O

Untuk menghasilkan peroksida, selain jumlah okseigen yang dibatasi juga harus disertai pemanasan. Jika oksigennya berlebih maka akan terbentuk superoksida.

2L(s) + O2→ L2O2(s)

L(s) + O2→ LO2

Reaksi dengan unsur-unsur Halogen

Unsur halogen bersifat sebagai pengoksidasi. Reaksi ini menghasilkan garam halida. 2L(s) + X2 → 2LX


Reaksi dengan Hidrogen
Reaksi yang berlangsung akan menghasilkan senyawa hidrida. Senyawa hidrida adalah senyawa yang mengandung atom hidrogen dengan bilangan oksidasi negatif. 2L(s) + H2(g) → 2LH(s)




SUMBER BACAAN
1. http://74.125.153.132/search?q=cache:GvC0cXRlQv4J:pranoto.fileave.com/kimia%2520unsur/KIMIA%2520UNSUR.doc+mineral+logam+alkali+golongan+IA+dan+rumusnya&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id (pukul 8:17 hari Selasa, 8 September 2009)
2. http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Kimia/0256%20Kim%203-7b.htm (pukul 8:59, hari Selasa 8 September 2009)
3. Buku Kimia Anorganik Dasar, Cotton dan Wilkinson. 2007, hal 251-253
4. Buku Kimia SMA Untuk Kelas XII, Pranowo dkk. 2006, hal. 80

RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/1
Pertemuan Ke- : 3
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 X 45 menit)

Standar Kompetensi :
3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor- faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Kompetensi Dasar :
3.2 Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu laju dan orde reaksi, dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator :
• Menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan bidang sentuh dan suhu terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan.
• Membedakan diagram energi potensial dari reaksi kimia dengan menggunakan katalis dan yang tidak menggunakan katalis.
• Menjelaskan pengertian, peranan katalis dan energi pengaktifan dengan menggunakan diagram.

I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat :
a. Menjelaskan pengaruh konsentrasi, luas permukaan bidang sentuh dan suhu terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan.
b. Membedakan diagram energi potensial dari reaksi kimia dengan menggunakan katalis dan yang tidak menggunakan katalis.
c. Menjelaskan pengertian, peranan katalis dan energi pengaktifan dengan menggunakan diagram.

II. Materi Pembelajaran
Teori tumbukan
• Pengaruh konsentrasi, luas permukaan bidang sentuh, dan suhu dapat pada laju reaksi dapat dijelaskan dengan postulat dasar teori tumbukan.
• Teori tumbukkan menyatakan reaksi terjadi Karena ada tumbukkan dan Tidak semua tumbukkan menghasilkan reaksi, Tumbukkan yang menghasilkan reaksi disebut “TUMBUKKAN EFEKTIF”. Sedangkan energi minimum yang harus dimiliki oleh reaktan agar terjadi reaksi disebut dengan energi aktivasi (Ea).
• Konsentrasi, luas permukaan bidang sentuh, dan suhu berbanding lurusdengan laju reaksi


III. Metode Pembelajaran
• Ceramah
• Diskusi
• Pemberian tugas

IV. Langkah-Langkah Pembelajaran

A. Kegiatan Awal (15 menit)
• Salam pembuka
• Memeriksa kehadiran siswa.
• Guru memaparkan kompetensi yang ingin dicapai
B. Kegiatan Inti (60 menit)
• Mendeskripsikan pengaruh konsentrasi, luas permukaan bidang sentuh, dan suhu terhadap laju reaksi dengan teori tumbukan melalui diskusi kelas.
• Mendeskripsikan pengertian energi pengaktifan dan katali melalui diskusi kelas.
C. Kegiatan Akhir (15 menit)
• Guru dan siswa membuat simpulan tentang teori tumbukan untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi laju reakasi dan tentang pengertian energi pengaktifan.

V. Alat dan Sumber Belajar
• Buku-buku kimia SMA 2a
• Lembar Kerja Siswa (LKS)
• Literatur dari Internet

VI. Penilaian
a) Teknik Penilaian
• Afektif (penilaian sikap)
• Kognitif (kemampuan menjawab test secara tertulis serta pembuatan laporan tertulis praktikum).
b) Bentuk Instrumen
• Test tertulis



Pengayaan
1. Apakah yang dimaksud energi aktivasi?
2. Kenaikan suhu dan konsentrasi akan mempercepat laju reaksi. Bagaimana hal itu dijelaskan dengan teori tumbukan?
3. Mengapa luas permukaan sentuhan pereaksi padat dapat mempengaruhi laju reaksi?
4. Laju reaksi tidak hanya ditentukan oleh frekuensi tumbukan, tetapi juga efektivitas tumbukan. Apa maksudnya?
5. Suatu reaksi A + B → C tidak dapat berlangsung pada suhu kamar. Akan tetapi, setelah ditambah katalis, reaksi tersebut berlangsung cepat padasuhu kamar. Mengapa demikian?

Pembuatan Aluminium

Pembuatan Aluminium
Pada tahun 1825 Oersted memperoleh aluminium murni dengan cara mereduksi aluminium klorida dengan amalgama kalrum merkurium :
AlCl3 (s) + 3K(Hg)x (l)¬ 3KCl (s) + Al(Hg) 3x (l)
Kemudian dengan destilasi merkurium dapat dipisahkan dan akhirnya diperoleh logam aluminium.
Sejak tahun 1866 aluminium diperoleh dengan proses Hall-Heroult dan pada tahun 1980 produksi dunia melalui proses ini mencapai 107 ton. Pada proses ini aluminium diperoleh dengan cara elektrolisis aluminium oksida yang dilarutkan dalam leburan klorit ( Na3AlF6 ). Bahan baku bauksit, masih merupakan campuran aluminium oksida, besi (III) oksida dan silikat, karena itu ada dua tahap dalam produksi aluminium yaitu tahap reaksi pemurnian untuk mendapatkan aluminium murni dan tahap elektrolisis untuk mendapatkan aluminium
Tahap 1 : Reaksi pemurnian dengan basa NaOH :
Aluminium oksida yang terdapat dalam bahan baku bauksit bereaksi dengan NaOH menurut reaksi :
Al2O3 (s) + 2 OH- (aq) + 3H2O (l) 2 [ Al(OH)4)]- (aqa)
SiO2 yang ada dalam bahan tersebut juga bereaksi dengan NaOH menurut reaksi :
SiO2 (s) + 2 OH- (aq) SiO32- (aq) + H2O (l)
Dengan mengalirkan gas CO2 , larutan Al(OH)4 akan bereaksi dan menghasilkan endapan Al(OH)3 , kemudian dipisahkan dengan penyaringan :
Al(OH)4 (aq) + CO2 (g) Al(OH)3 (s) + CO32- (aq) + H+ (aq)
Al2O3 murni diperoleh dengan pemanasan aluminium hidroksida :
Al(OH)3 (s) Al2O3 (s) + 3 H2O (g)
Tahap 2 : Elektrolisis Al2O3 :
Sel elektrolisis dibuat dari baja yang dilapisi dengan grafit. Grafit ini berfungsi sebagai katoda dan anoda dibuat dari carbón. Al2O3 dilarutkan dalam leburan krolit Na2AlF6 . Secara sederhana reaksi dalam elektroda dapat ditulis sebagai berikut :
Katoda : AlF4- (aq) + 3 e Al (s) + 4 F- (aq) atau
2 Al3- (aq) + 6 e 3 Al (s)
Anoda : 2 AlOF54- (aq) + C CO2 (g) + AlF63- (aq) + AlF4- (aq) + 4 e atau
3 O2- (aq) + 3/2 CO2 (g) 3/2 CO2 (g) + 6 e
Secara sederhana reaksi keseluruhan dapat ditulis menjadi :
2 Al2O3 (s) + 3 C (s) 4 Al (s) + 3 CO 2 (g)
Logam aluminium banyak digunakan sebagai bahan untuk bangunan, industri, alat-alat rumah tangga dan untuk melapisi logam lain agar tahan karat.
Sifat-sifat Aluminium
Aluminium adalah logam putih keperakan dan sangat ringan, memiliki daya hantar panas maupun daya hantar listrik yang tinggi. Beberapa reaksi kimia aluminium :
Mudah terbakar dalam nyala api dan menghasilkan panas reaksi yang tinggi :
2 Al + 3/2 O2 Al2O3 + 399 k.cal.
Sifat ini digunakan sebagai dasar untuk mereduksi beberapa sulfida dan oksida.
Bereaksi dengan asam menghasilkan gas hidrogen
2 Al (s) + 6 H+ (aq) 2 Al3+(aq) + 3 H2 (aq)
Bereaksi dengan basa kuat terutama basa alkali, menghasilkan gas H2. Reaksinya :
2 Al (s) + 2 OH- (aq) + 2 H2O (l) 2 AlO2- + 3 H2 (g)
Dengan udara, logam ini membentuk lapisan yang oksida yang kuat pada permukaannya yang dapat melindungi logam dari oksidasi lebih lanjut

Aluminium terdapat melimpah dalam kulit bumi, yaitu sekitar 7,6 %. Dengan kelimpahan sebesar itu, aluminium merupakan unsur ketiga terbanyak setelah oksigen dan silikon, serta merupakan unsur logam yang paling melimpah. Namun, Aluminium tetap merupakan logam yang mahal karena pengolahannya sukar. Mineral aluminium yang bernilai ekonomis adalah bauksit yang merupakan satu-satunya sumber aluminium. Kriloit digunakan pada peleburan aluminium, sedang tanah liat banyak digunakan untuk membuat batu bata, keramik. Di Indonesia, bauksit banyak ditemukan di pulau Bintan dan di tayan (Kalimantan Barat).
Pengolahan Alumininum
Aluminium dibuat menurut proses Hall-heroult yang ditemukan oleh Charles M. Hall di Amerika Serikat dan Paul Heroult tahun 1886. Pengolahan aluminium dan bauksit meliputi 2 tahap :
1. Pemurnian bauksit untuk meperoleh alumina murni.
2. Peleburan / reduksi alumina dangan elektrolisis
Pemurnian bauksit melalui cara :
a. Ba direaksikan dengana NaOH(q) . Aluminium oksida akan larut membentuk NaCl(OH)4.
b. Larutan disaring lalu filtrat yang mengandung NaAl(OH)4 diasamkan dengan mengalirkan gas CO2 Al mengendap sebagai Al(OH)3
c. Al(OH)3 disaring lalu dikeringkan dan dipanaskan sehingga diperoleh Al2O3 tak berair.
Bijih –bijih Aluminium yang utama antara lain:
• bauksit
• mika
• tanah liat
Peleburan Alumina

Beberapa nijih Al yang utama :
1. Bauksit (Al2O3. 2H2O)
2. Mika (K-Mg-Al-Slilkat)
3. Tanah liat (Al2Si2O7.2H2O) 1. Tawas (K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O)


Penggunaan Aluminium
Beberapa penggunaan aluminium antara lain:
1. Sektor industri otomotif, untuk membuat bak truk dan komponen kendaraan bermotor.
2. untuk membuat badan pesawat terbang.
3. Sektor pembangunan perumahan;untuk kusen pintu dan jendela.
4. Sektor industri makanan ,untuk kemasan berbagai jenis produk.
5. Sektor lain, misal untuk kabel listrik, perabotan rumah tangga dan barang kerajinan.
6. Membuat termit, yaitu campuran serbuk aluminium dengan serbuk besi (III) oksida, digunakan untuk mengelas baja ditempat, misalnya untuk menyambung rel kereta api.
1. Tawas (K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O)
Tawas mempunyai rumus kimia KSO4.AL2.(SO4)3.24H2O. Tawas digunakan untuk menjernihkan air pada pengolahan air minum.
2. Alumina (Al2O3)
Alumin adiedakan atas alfa0allumina dan gamma-allumina. Gamma-alumina diperoleh dari pemanasan Al(OH)3 di bawah 4500C. Gamma-alumina digunakan untuk pembuatan aluminium, untuk pasta gigi, dan industri keramik serta industri gelas.
2. Proses terbentuknya timah:
SnO2 (s) +2C(s) Sn(l) +2CO(g)
Penggunaan Timah
1. Untuk membuat kaleng (tim plate) berbagai macam produk.
2. Melapisi kaleng yang tebuat dari besi yang akan melindungi besi dari perkaratan.
3. Membuat logam campur, misalnya perunggu (paduan timah, tembaga, seng) dan solder (paduan timah dan timbal)
3.
Mineral timbale
galena (PbS) dengan proses pemanggangan. Anglesite, cerussite, dan minim adalah mineral-mineral timbal yang lazim ditemukan.

Kegunaan timbale
Logam ini sangat efektif sebagai penyerap suara. Ia digunakan sebagai tameng radiasi di sekeliling peralatan sinar-x dan reaktor nuklir. Juga digunakan sebagai penyerap getaran. Senyawa-senyawa timbal seperti timbal putih, karbonat, timbal putih yang tersublimasi, chrome yellow (krom kuning) digunakan secara ekstensif dalam cat. Tetapi beberapa tahun terakhir, penggunaan timbal dalam cat telah diperketat untuk mencegah bahaya bagi manusia.

Kelimpahan timbal :
PbS kadang-kadang tercampur dengan sulfida dari tembaga, Zn, dan Antimon. Sebagian besar ditemukan di Inggris, Amerika, Meksiko., Australia dan Burma. Timbal ditemukan sebagai anglesit (PbSO4) atau lanarkit (PbO.PbSO4) atau cerrusit (PbCO3).

v Sifat Fisik :
§ Logam lunak dengan warna ciri khas timbal.
§ Titik leleh 327oC.
§ Logam berat karena memiliki densitas tinggi.
§ Logam mengkilat ketika baru dipotong. Jika kontak dengan udara berwarna buram, karena terjadi pembentukan PbO atau PbCO3.

v Senyawa Pb :
Timbal monoksida (PbO) dibuat dengan pemanasan timbal dalam udara temperatur tinggi. Reaksi :
2Pb + O2 → PbO
PbO dapat bereaksi dengan alkali membentuk plumbittest :
PbO + 2NaOH → Na2PbO2
v Kegunaan :
o Pipa air.
o Bungkus kabel.
o Akumulator timbal.
o Bingkai kaca
o Peluru timbal
o Bilik timbal dalam pembuatan H2SO4.
o Digunakan dalam alloy logam.
o Campuran bahan atap.
o Lempengannya dipakai sebagai bahan radioaktif, karena memiliki kemampuan yang sangat tinggi dalam menahan sinar X.
o Dalam industri cat
PbCrO4 (kuning) jalan atau bahan plastik.
PbMoO4 (merah orange).
PbO (kuning kenari).
2PbCO3.Pb(OH)2 (putih).
PbO4 (moni) untuk menghambat terjadi korosi dan sebagai cat dasar.
o Dalam industri keramik (PbSiO5 sebagai pelapis glasrr).
o Dalam bensin TEL (Tetra Etil Lead) atau (C2H4)4Pb sebagai bahan anti letupan.

Pemurnian NACL

A. Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk memahami prinsip pemurnian dan pengkristalan garam dapur NaCl.
B. Landasan Teori
Natrium adalah logam putih perak yang lunak, yang melebur pada 97,5 0C.Natrium teroksidasi dengan cepat dalam udara lembab, maka harus disimpan terendam seluruhnya dalam pelarut nafta atau silena. Logam ini bereaksi keras dengan air, membentuk Natrium Hidroksida dan Hidrogen. Dalam garam-garamnya natrium berada sebagai kation monovalen Na+. Garam-garam ini membentuk larutan tak berwarna, hampir semua garam natrium larut dalam air.
Kebanyakan klorida larut dalam air, Merkurium (I) klorida, HgCl2, perak klorida, AgCl, timbale klorida, PbCl2 (yang ini larut sangat sedikit dalam air dingin, tetapi mudah larut dalam air mendidih), tembaga (I) klorida, CuCl, bismuth oksiklorida, BiOCl, stibium oksiklorida, SbOCl, dan merkurium (II) oksiklorida, HgOCl2, tak larut dalam air (Vogel, 1979).
Di bidang teknik kimia seringkali bahan padat harus dipisahkan dari larutan atau lelehan, tanpa mengikat kotoran-kotoran yang terkandung dalam fasa cair tersebut. Seringkali juga bahan padat kristalin yang mengandung pengotor harus dibersihkan atau harus dihasilkan bentuk-bentuk kristal tertentu, untuk maksud tersebut proses kristalisasi dapat digunakan. Kristal adalah bahan padat dengan susunan atom atau molekul yang teratur. Yang dimaksud kristalisasi adalah pemisahan bahan padat berbentuk kristal dari suatu larutan atau lelehan. Hasil kristalisasi dari lelehan sering harus didinginkan lagi atau dikecilkan ukurannya (Bernaseoni, 1995).
Senyawa organik padat yang dari reaksi organic diisolasi jarang terbentuk murni. Senyawa tersebut biasanya terkontaminasi dengan sedikit senyawa lain (“impurities”) yang dihasilkan selama reaksi berlangsung. Pemurnian senyawa tak murni biasanya dikerjakan dengan rekristalisasi dengan berbagai pelarut atau campuran pelarut.
Pemurnian padatan dengan rekristalisasi didasarkan pada perbedaan dalam kelarutannya dalam pelarut tertentu atau campuran pelarut (Anwar, 1994).
Terdapat beberapa definisi tentang rekristalisasi yaitu : 1. suatu proses dimana butir logam yang terdeformasi digantikan oleh butiran baru yang tidak terdeformasi yang intinya tumbuh sampai butiran asli termasuk didalamnya 2. Perubahan struktur kristal akibat pemanasan pada suhu kritis 3. Terbentuknya struktur butiran baru melalui tumbuhnya inti dengan pemanasan (http://id.wikipedia.org/wiki/rekristalisasi).
Impuritis pada garam meliputi senyawa yang bersifat higroskopis yaitu MgCl2, CaCl2, MgSO4 dan CaSO4, dan beberapa zat yang bersifat reduktor yaitu Fe, Cu, Zn dan senyawa-senyawa organik. Impuritis-impuritis tersebut dapat bereaksi dengan ion hidroksil (OH-) sehingga, terutama, membentuk endapan putih Ca(OH)2 dan Mg(OH)2 (Bahruddin, et al, 2003).
Kristalisasi adalah proses pembentukan fase padat (kristal) komponen tunggal dari fase cair (larutan atau lelehan) yang multi komponen, dan dilakukan dengan cara pendinginan, penguapan dan atau kombinasi pendinginan dan penguapan. Proses pembentukan kristal dilakukan dalam tiga tahap, yaitu (1) pencapaian kondisi super/lewat jenuh (supersaturation), (2) pembentukan inti kristal (nucleation), dan 93) pertumbuhan inti kristal menjadi kristal (crystal growth). Kondisi super jenuh dapat dicapai dengan pendinginan. Penguapan, penambahan presipitan atau sebagai akibat dari reaksi kimia antara dua fase yang homogen. Sedangkan pembentukan inti kristal terjadi setelah kondisi super/lewat jenuh (supersaturated) tercapai (Paryanto, 20007).


E. Hasil Pengamatan
1. Reaksi
2 NaCl + CaO → CaCl2 + Na2O
CaCl2 + Na2O + Ba(OH)2 → 2NaOH + BaCl2 + CaO
2NaOH + BaCl2 + CaO + (NH4)2CO3→ NaCl + Ba(OH)2 + CaCO3 + NH4Cl
NaCl + Ba(OH)2 + NH4Cl + HCl → BaCl2+ NaCl + NH3 + Cl2 +H2O
2. Perhitungan
Berat garam teoritis = 20 gram
Berat gelas kimia kosong = 61,3246 gram
Berat gelas kimia + garam = 92,0210 gram
Berat eksperimen = (berat gelas kimia + garam)- berat gelas kimia kosong
= 92,0210 – 61,3246 gram
= 30,6964 gram
% rendamen = QUOTE x 100%
= QUOTE
= 153,482 %

F. Pembahasan
Selain senyawa dengan ikatan kovalen, dikenal pula senyawa dengan jenis ikatan lain, yaitu ikatan elektrovalen atau ikatan ionik yang didasarkan pada tarikan elektrostatik antara ion yang berlawanan muatan. Teori ini dapat menerangkan struktur kristal dari zat padat.
NaCl merupakan salah satu contoh padatan ionik karena tersusun atas ion-ion berlawanan muatan yang saling tarik menarik. Senyawa penyusun NaCl sendiri memiliki sifat khasnya msing-masing dan sangat berbeda dengan senyawa yang disusunnya. Contohnya, unsur Na yang mudah meledak dalam air dan ternyata justru berlainan sifat dengan NaCl yang cenderung mudah larut dalam air dan terionisasi. Hal ini diakibatkan adanya pengaruh anion-anion yang diikat oleh Na dalam NaCl sehingga menyebabkan sifat asli dari Na hilang. Dalam padatan ionik seperti kristal yang tersusun dari ion-ion akan terjadi tarik-menarik antara kation dan anion yaitu gaya elektrostatik Coulomb serta tolak menolak ion sejenis. Keseimbangan antara tarik-menarik dan tolak-menolak ini menghasilkan energi kisi kristal. Atom Na hanya mempunyai satu elektron valensi. Dengan menyerahkan elektron tersebut tercapai susunan elektron seperti neon dan Na menjadi bermuatan positif Na+. Atom Cl memiliki 7 elektron valensi, dengan menerima satu elektron tambahan akan membentuk anion, Cl-. Natrium klorida (NaCl) senyawa ionik dengan jumlah Na dan Cl yang sama.
Senyawa alkali halida seperti NaCl menunjukkan bahwa jarak antar ion adalah jumlah jari-jari ion positif dan jari-jari ion negatif, sehingga jumlah ini digunakan untuk menerangkan struktur dari kristal ioniknya. Perbandingan jari-jari ion dapat memberikan gambaran mengenai bilangan koordinasi. Jari-jari ion Na+ (r+) = 0,95 QUOTE dan jari-jari ion Cl- (r-) = 1,81 Å, sehingga perbandingan jari-jari ion (r+/r-) NaCl = 0,414. Telah ditetapkan bahwa batas 0,414 ≤ r+/r- ≤ 0,732 akan memberikan struktur octahedral. Struktur octahedral yang banyak bergabung menjadi bentuk seperti kubus.
Hal ini berarti kristal NaCl memiliki bilangan koordinasi 6, dimana 1 kation Na+ dikelilingi 6 anion Cl-. Pada jarak antar ion yang sangat besar secara energitika yang terbentuk adalah atom Na dan Cl. Apabila kedua partikel saling mendekat, maka kduanya berubah menjadi ion. Adanya gaya elektrostatik yang besar yang menyebabkan kedua ion mendekat sampai tercapai keadaan setimbang, yaitu pada titik minimum. Pada jarak yang sangat dekat ini yang berperan adalah gaya tolak-menolak antara ion yang bermuatan sejenis. Kristal ion yang terbentuk kemudian terdiri dari susunan teratur dari kation Na+ dan anion Cl- dalam kisi kristal. Kisi Kristal adalah kumpulan dari satuan-satuan kecil yang disebut sel satuan dan ion-ion dinyatakan sebagai titik-titik. Satu lagi perbedaan nyata dari senyawa NaCl berbentuk kristal dengan ion-ion ynag menyusunnya, yaitu jari-jari kristal NaVl<>+ atau Cl-. Hal ini disebabkan dalam kristalnya, terjadi menarik antara kation dengan anion yang memperkecil jarak antar ionnya (r kristal). Jadi, struktur oktahedral NaCl ini akan bertumpuk dengan semakin banyaknya atom Na dan Cl yang bergabung sehingga menghasilkan kristal NaCl
Metode pemurnian yang akan digunakan kali ini adalah dengan rekristalisasi. Metode ini didasarkan pada perbedaan daya larut antara zat yang dimurnikan dengan kotoran dalam suatu pelarut tertentu. Ada beberapa syarat agar suatu pelrut dapat digunakan dalam proses kristalisasi yaitu: 1. Memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotor, 2. Tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal, 3. Mudah dipisahkan dari kristalnya.
Dalam percobaan ini akan dipelajari cara memurnikan natrium klorida yang berasal dari garam dapur dengan menggunakan air sebagai pelarutnya. NaCl merupakan komponen utama penyusun garam dapur. Komponen lainnya merupakan pengotor biasanya berasal dari ion-ion Ca2+, Mg2+, Al3+, SO42-, I- dan Br. Agar daya larut antar NaCl dengan zat pengotor cukup besar maka perlu dilakukan penambahan zat-zat tertentu. Zat-zat tambahan itu kan membentuk senyawa terutama garam yang sukar larut dalam air, selain itu rekristalisai dapat dilakukan dengan cara menambahkan ion sejenis ke dalam larutan zat yang akan dipisahkan.
Garam NaCl dilarutkan ke dalam air panas sehingga pengotor-pengotor berupa partikel padat bisa terlepas dan menjadi koloid dalam larutan sehingga dapat terkumpul saat disaring. Pelarutan ini juga mengakibatkan NaCl terionisasi dalam air. Filtrat pertama kali direkristalisasi dengan pelarut CaO yang berfungsi memutihkan garam yang dihasilkan nantinya karena dapat mengikat pengotor berupa Ca2+. Selanjutnya rekristalisasi dengan Ba(OH)2 juga memiliki fungsi yang sama dengan CaO, tetapi khusus mengikat pengotor berupa ion Mg2+ atau Al3+. Rekristalisasi terakhir dilakukan dengan penambahan pelarut (NH4)2CO3 yang berguna untuk mengikat sisa-sisa zat pengotor yang mungkin masih ada dalam larutan garam tetapi tidak bisa terikat oleh 2 pelarut sebelumnya. Zat-zat pengotor itu mungkin berada dalam bentuk ion SO42-, I-, Br, dll. Dengan adanya penambahan 3 pelarut tadi, maka dapat disumsikan bahwa larutan garam sudah murni dan tidak mengandung zat pengotor lagi. Zat-zat pengotor tersebut terikat dengan pelarut sehingga tersuspensi dan dapat dipisahkan melalui penyaringan . Penambahan HCl pada filtrat diperlukan karena larutan garam sudah bersifat basa akibat dari penambahan Ba(OH)2¬ saat rekristalisasi kedua. Diusahakan agar larutan garam netral (pH=7). Larutan garam kemudian dipanaskan sehingga diperoleh NaCl murni dalam bentuk serbuk karena setelah melalui pemanasan serta pelarutan menyebabkan ikatan-ikatan antar ion dalam kisi kristal sebagian besar putus dan tidak lagi terdapat dalam bentuk bongkahan.
Berat NaCl murni yang diperoleh setelah pemanasan adalah sebesar 30,6964 gram, sehingga % rendamen NaCl yang diperoleh sebesar 153,482 %. % rendamen yang diperoleh terlalu besar, ini dikarenakan berat eksperimen yang diperoleh besar. Dikarenakan pada saat penimbangan, kristal NaCl yang ditimbang tidak berada dalam keadaan kering sehingga dalam penimbangan tidak murni kristal karena masih terdapatnya larutan yang belum menguap.
G. Kesimpulan
Prinsip pemurnian NaCl dengan metode rekristalisasi adalah memisahkan NaCl dari zat-zat pengotor berdasarkan perbedaan daya larut keduanya dalam pelarut tertentu seperti CaO, Ba(OH)2, dsan (NH4)2CO3. Zat-zat pengotor yang telah terikat dalam pelarut yang sesuai dan mengendap sehingga dapat dipisahkan dengan NaCl melalui penyaringan.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik I. FMIPA UGM. Yogyakarta.
Bahruddin, Zulfansyah, Aman, Ilyas Arin, Nurfatihayati. 2003. “Penentuan Rasio Ca/Mg Optimum pada Proses Pemurnian Garam Dapur”. Jurnal Natur Indonesia 6(1): 16-19
Bernaseoni,G. 1995. Teknologi Kimia. PT Padya Pranita. Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/rekristalisasi (diakses 7 Desember 2007)
Paryanto, I. 2000. “Pengaruh Penambahan Garam Halus Pada Proses Kristalisasi Garam Farmasetis”. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, V2. No.9, hal. 5-9
Vogel. 1979. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. PT Kalman Media Pustaka. Jakarta.


gas nyata

PENYIMPANGAN HUKUM GAS IDEAL
Hukum gas ideal, PV = nRT merupakan contoh sederhana suatu persamaaan kedaan yang menghubungkan tekanan, suhu, jumlah bahan kimia dan volume. Berdasarkan sifat dan prilakunya, molekul-molekul gas ideal bergerak ke segala arah dalam suatu ruangan sehingga terjadi tumbukan antar partikel dengan wadah dimana tumbukannya bersifat lenting sempurna. Selain itu juga pada gas ideal, tidak terdapat gaya tarik menrik antar molekul dan volume molekulnya sangat kecil, bahkan dapat diabaikan. Berbeda dengan gas ideal, volume molekul gas nyata tidak dapat diabaikan. Adanya interaksi atau gaya tarik menarik antar molekul gas nyata yang sangat kuat, menyebabkan gerakan molekulnya tidak lurus, dan tekana ke dinding menjadi kecil, lebih kecil daripada gas ideal.
Adanya perbedaan sifat antara gas`ideal dengan gas nyata menyebabkan persamaan tau hukum gas`ideal tidak dapat digunakan untuk gas`nyata pada kondisi tertentu. Pada kenyataannya gas` yang kita jumpai yakni gas gas alam, tidak secara ketat mengikuti hukum gas ideal. Gas nyata hanya mengikuti persamaan gas ideal hanya pada suhu dan tekanan standar, sedangkan pada keadaan suhu dan tekanan tinggi, gas nyata tidak mengikuti persamaan gas`ideal.
Penyimpangan persamaan gas`ideal muncul dalam berbagai bentuk, antara lain :

a).

Gambar 1




Keterangan : apabila gas didinginkan ( semakin rendah suhu), isipadunya mengecil lebih rendah dari nilai Charles, kemudian bahan tersebut akan terkondensasi, sedangkan untuk gas yang bersifat unggul, maka akan mematuhi hukum Charles V/T =konstan dan mengikuti garis lurus (menunjukkan prilaku gas ideal ).

b).
Gambar 2a Gambar 2b.


Apabila gas bertekanan semakin tinggi, maka semakin kecil jarak intermolukulnya sehingga semakin jauh atau semakin besar` deviaasinya dari prilaku gas`ideal seperti ditunjukkan pada Gambar 2a dan Gambar 2b. hal ini tidak sesuai dengan hukum Boyle. Hukum Avogadro pun tidak dapat dipegang secara ketat pada tekanan menengah.
Pada tekanan atmosfer, hukum gas ideal memuaskan atau sesuai untuk kebanyakan gas, tetapi untuk beberapa (misalnya uapaiar dan amonia) ada penyimpangan sebesar 1 sampai 2%. Penyimpangan ini disebut faktor ketermampatan kompresibilitas (Z), dengan persamaan
Z=PV/nRT

Dengan perubahan suhu dan tekanan seperti yang telah disebutkan, maka Z ≠ 1. Artinya pada kondisi tertentu Z bisa kurang ataupun lebih dari satuy. Ini menunjukkan penyimpangan hukum gas ideal.





 Persamaan keadaan Van der Waals
Untuk memperbaiki keadaan gas ideal pada suhu dan tekanan tertentu, maka pada tahun 1873, fisiskawan belanda, Johanes diderik Van der Waals mengusulkan persamaan keadaan gas yang dikenal dengan persamaan Van der Waals. Ia memodifikasi persamaan gas ideal dengan cara menambahkan faktor koreksi pada volume dan tekanan.
Volume memerlukan faktor koreksi karena partikel-partikel gas nyata mempunyai volume yang tidak dapat diabaikan, sehuingga Van der Waals mengurangi volume gas terukur dengan volume efektif total molekul-molekul gas sebesar nb dengan tujuan untuk memperhitungkan ukuran partikel-partikel gas.

Videal = Veks – nb
Videal = volume gas`ideal
Veks =volume yang terukur pada waktu percobaan
n= jumlah mol gas
b= konstanta Van der Waals

• Faktor koreksi yang kedua yaitu pada tekanan



Gambar 3.

Pada gambar tersebut terlihat perbedaan sifat antara sebuah molekul gas yang terdapat di dalam gas (A) dengan sebuah molekul lain yang hampir bertumbukan dengan dinding wadah. Gaya tarik menarik molekul A samna untuk ke segala arah sehuingga akan saling menghilangkan. Sedangkan molekul B hampir bertubukkan dengan dinding sehingga gaya tarik menarik antar molekul gas tersebut dengan molekul lain cenderung dapat menurunkan momentum molekul gas tersebut ketika bertumbukkan dengan dinding dan akibatnya akan mengurangi tekanan gas tersebut. Oleh karena itu, tekanan gas tersebut akan lebih kecil daripada tekanan gas ideal karena pada gas ideal dianggap tidak terjadi gaya tarik menarik antar molekul.
Makin besar jumlah molekul persatuan volume, makin besar jumlah tumbukan yang dialami oleh dinding wadah serta makin besar pula gaya tarik menarik yang dialami oleh molekul-molekul gas yang hampir menumbuk dinding wadah. Karena itu, faktor koreksi untuk tekanan adalah a(n2/V2) dimana a=konstanta dan n=jumlah mol gas.
Dengan memasukkan kedua faktor koreksi tersebut ke dalam persamaan gas ideal, maka diperoleh persamaan Van der Waals :

[P + (n2a/V2)] (V – nb) = nRT
P = tekanan absolut gas (atm)
V =volume spesifik gas (liter)
R = konstanta gas (0,082 L.atm/mol atau 8,314J/Kmol)
T =suhu /temperatur absolut gas (K)
n =jumlah mol gas
a,b =konstanta Van der Waals

tabel beberapa nilai konstanta Van der Waals a dan b:

gas a
(atm dm6 mol-2) b
(atm dm6 mol-2)
He 0,0341 0,0237
Ne 0,2107 0,0171
H2 0,244 0,0266
NH3 4,17 0,0371
N2 1,39 0,0391
C2H 4,47 0,0571
CO2 3,59 0,0427
H2O 5,46 0,0305
CO 1,49 0,0399
Hg 8,09 0,0170
O2 1,36 0,0318

Bila dibandingkan dengan persamaan gas ideal, persamaan Van der Waals ini dapat digunakan pada gas nyata denga besaran suhu dan tekanan yang lebih besar. Disamping itu juga persamaan Van der Waals juga dapat menjelaskan penyimpangan gas nyata dari gas ideal. Namun walaupun demikian, persamaan Van der Waals ini belum dapat secara sempurna menggambarkan sifat0sifat gas sehingga digunakan persamaan lain yang dikenal persamaan Virial.

 Persamaan Virial
Persamaan virial dapat dirumuskan sebagai berikut :


Dari persamaan di atas terlihat bahwa apabila konstanta Virial mempunyai nilai yang dapat diabaikan ,maka persamaan diatas menjadi persamaan gas ideal. Pada tekanan 1 atm, nalai B>>C>>D dan seterusnya sehingga pada tekanan yang rendah hanya nilia B yang berperan. Pada tekanan yang lebih tinggi, koefisien C,D, dst menjadi semakin besar sehingga harus dimasukkan ke dalam persamaan. Nilai-nilai B,C,D dst harus diperoleh dari percobaan dan berbeda dengan konstanta pada persamaan Van dxer Waals. Tidak terdapat hubungan yang jelas antara besaran B,C,D dengan sifat-sifat miolekular, tetapi persamaan Virial ini dapat digunakan untuk mengetahui secara jelas mengenai sifat-sifat gas nyata secara tepat.

Untuk melengkapi kekurangan pada kedua persamaan di atas maka digunakan persamaan tiga persamaan keadaan yang lain yaitu :
1. Persamaan Berthelot
P =
2. Persamaan Dieterici
P =
3. Persamaan Virial
P =
4. Persamaan Redlich-Kwong
persamaan Redlich-Kwong adalah persamaan dua-konstanta yang dianggap paling baik oleh banyak pihak. Persamaannya yaitu :

Persamaan ini yang diajukan pada tahun 1949bersifat empiris dan tidak memilki pembuktianyang menyeluruh dalam argumentasi molekul. Persamaan Redlich-Kwongbersifat ekplisit untuk tekanan tetapi tidak untuk volume spesifik maupun temperature.
Walawpun persamaan Redlich-Kwong lebih sulit untuk dimanipulasi secara matematis dibandingkan persamaan Van der Waals, tapi persamaan ini lebih akurat, terutama pada tekanan tinggi. Persamaan Redlich-Kwong dua konstanta memberikan hasil yang lebih baik daripada beberapa persaman keadaan yang lain yang memeliki konstanata yang dapat diubah-ubah.walawpu demikian persamaan dua-konstanta ttap hanya memberikan nilaiakurasi yang terbatas apabila tekanan (atau kerapatan ) ditingkatkan.






 Hukum atau persamaan keadaan gas nyata lainnya yang dapat digunakan yaitu :
 Hukum Boyle (Hubungan antara volume dan tekanan gas (suhu gas konstan))
Robert Boyle (1627-1691) melakukan eksperimen alias percobaan untuk menyelidiki hubungan kuantitaif antara tekanan dan volume gas. Percobaan ini dilakukan dengan memasukan sejumlah gas tertentu ke dalam sebuah wadah tertutup. Sampai pendekatan yang cukup baik, om obet menemukan bahwa apabila suhu gas dijaga agar selalu konstan, maka ketika tekanan gas bertambah, volume gas semakin berkurang. Demikian juga sebaliknya ketika tekanan gas berkurang, volume gas semakin bertambah. Istilah kerennya tekanan gas berbanding terbalik dengan volume gas. Hubungan ini dikenal dengan julukan Hukum Boyle. Secara matematis ditulis sebagai berikut :
P1V1=P2V2
Arti dari persamaan 1 adalah : pada suhu (T) konstan, apabila tekanan (P) gas berubah maka volume (V) gas juga berubah sehingga hasil kali antara tekanan dan volume selalu konstan. Dengan kata lain, apabila tekanan gas bertambah, maka volume gas berkurang atau sebaliknya jika tekanan gas berkurang maka volume gas bertambah, sehingga hasil kali antara tekanan dan volume selalu konstanCatatan :
 Hukum Charles (Hubungan antara suhu dan volume gas (tekanan gas bernilai tetap))
Seorang ilmuwan berkebangsaan Perancis yang bernama Jacques Charles (1746-1823) menyelidiki hubungan antara suhu dan volume gas. Berdasarkan hasil percobaannya, ia menemukan bahwa apabila tekanan gas selalu konstan, maka ketika suhu gas bertambah, volume gas pun bertambah. Sebaliknya ketika suhu gas berkurang, volume gas pun berkurang atau V/T= konstan sehingga secara matenatis dapat ditulis sebagai baerikut:

V1/T1 = V2/T2
Arti dari persamaan 1 adalah : pada tekanan (P) konstan, apabila suhu mutlak (T) gas berubah maka volume (V) gas juga berubah sehingga hasil perbandingan antara suhu mutlak dan volume selalu konstan. Dengan kata lain, jika suhu mutlak gas bertambah, maka volume gas juga bertambah atau sebaliknya jika suhu mutlak gas berkurang maka volume gas juga berkurang, sehingga hasil perbandingan antara suhu dan volume selalu konstan.

 Hukum Gay-Lussac(Hubungan antara Tekanan gas dan Suhu gas (volume gas bernilai tetap)
. Berdasarkan percobaan yang dilakukannya, Gay-Lussac menemukan bahwa apabila volume gas dijaga agar selalu konstan, maka ketika tekanan gas bertambah, suhu mutlak gas pun ikut2an bertambah. Demikian juga sebaliknya ketika tekanan gas berkurang, suhu mutlak gas pun ikut2an berkurang. Istilah kerennya, pada volume konstan, tekanan gas berbanding lurus dengan suhu mutlak gas. Hubungan ini dikenal dengan julukan Hukum Gay-Lussac. Secara matematis ditulis sebagai berikut :
P1/T1=P2/T2
Arti dari persamaan 1 adalah : pada volume (V) konstan, apabila tekanan (P) gas berubah maka suhu mutlak (T) gas juga berubah sehingga hasil perbandingan antara tekanan dan suhu mutlak selalu konstan. Dengan kata lain, jika tekanan gas bertambah, maka suhu mutlak gas juga bertambah atau sebaliknya jika tekanan gas berkurang maka suhu mutlak gas juga berkurang, sehingga hasil perbandingan antara tekanan dan suhu selalu konstan.
Perlu diketahui bahwa hukum Boyle, hukum Charles dan hukum Gay-Lussac memberikan hasil yang akurat apabila tekanan dan massa jenis gas tidak terlalu besar. Di samping itu, ketiga hukum tersebut juga hanya berlaku untuk gas yang suhunya tidak mendekati titik didih. Berdasarkan kenyataan ini, bisa disimpulkan bahwa hukum Boyle, hukum Charles dan hukum Gay-Lussac tidak bisa diterapkan untuk semua kondisi gas. Namun hukum Boyle, Hukum Charles dan hukum Gay-Lussac tidak bisa berlaku untuk semua kondisi gas nyata.
DAFTAR PUSTAKA


Atkins, P.W. 1986.Physical Chemistry Third Edition.Oxford:Oxford Univeristy Press.
Bird, Tony.1987.Kimia Fisika untuk Universitas.Jakarta:Gramedia.
Dogra,S.K dan Dogra S.1990.Kimia Fisika dan Soal-Soal.Jakarta:UI Press.
Http/gasidealdangasnyata-Chem-is-try-Org-SituskimiaIndonesia.com
Diambil pada tanggal10 September.Waktu:11.45 WITA.
Tim Penyusun.2004.Kimia 1a SMA.Klaten:PT Intan Pariwara.

























TUGAS KIMIA FISIKA III

GAS NYATA (PENYIMPANGAN GAS IDEAL)







industri asam sulfat

Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam kuat yang tidak berwarna dan bersifat korosif. Dalam industri, asam sulfat digunakan sebagai bahan baku untuk membuat pupuk, pigman dan cat, pembuatan besi dan baja, pembuatan pulp dan kertas, pengisi sel akumulator, pelarut, detergen, pengatur pH didalam proses industri, pendehidrasi, serta pembuartan produk-produk kimia lainnya seperti amonium sulfat dan kalium hidroposfat.
Dalam industri asam sulfat diproduksi dengan proses kontak dengan 3 tahap utama sebagai berikut :
a. Pembentukan belerang dioksida (SO2)
S(l) + O2(g) ↔ SO2(g)
b. Pembentukan Belerang Trioksida (SO3)
SO2(g) + O2(g) ↔ SO3(g) ∆H = -190 kj.
c. Pembentukan Asam Sulfat
SO3(g) + H2SO4(aq) → H2S2O7(aq)
H2S2O7(aq) + H2O(l) → H2SO4(aq)
Pertama, belerang dibakar menjadi belerang dioksida lalu dioksidasi lebih lanjut menjadi belerang trioksida dan gas SO3 dilarutkan ke dalam asam sulfat pekat sehingga membentuk asam sulfat pekat berasap yang jika dicampur air akan menghasilkan asam sulfat pekat.
Prinsip proses ini adalah oksidasi gas SO2 dengan oksigen dari udara dengan menggunakan katalis padat Pt atau V2O5 yang di lanjutkan dengan absorpsi gas SO3 yang terbentuk untuk menghasilkan asam sulfat.
belerang di lelehkan dan di bakar dengan menggunakan udara yg telah di
tekan sampai 1,5-3,0 psig sebelum masuk sulfur burner yang merupakan
silinder baja vertikal di lapisi batu tahan api. gas yang keluar
furnace 1600 degre F. didinginkan dlm waste heat boiler hingga 800 F.
tekanan steam dijaga di bwh 200 Psig untuk menjaga agar temperatur di
atas titik embun asam sulfat dlm gas, krn kondensasi dari asam ini
akan mempercepat korosi peralatan, stlh itu gas SO2 sblm masuk
conventer gas SO2 di ubah menjadi SO3 dan hmpir smua gas SO2
terkonversi pada tahap pertama, kemudian temperatur di turunkan secara
bertingkat pada tahap berikutnya untuk mendapatkan kesetimbangan yang
menguntungkan. Keluar dari conventer gas di lewatkan ke economizer,
selanjutnya dimasukkan kolom absorpsi, untuk mengabsorpsi gas SO3 dengan asam sulfat pekat untuk menghasilkan oleum. Disini terjadi kesetimbangan pada pembentukan gas belerang trioksida.
Pada proses kontak digunakan suhu sekitar 500˚C dengan katalisator V2O5. Sebenarnya tekanan besar akan menguntungkan produksi SO3, tetapi penambahan tekanan ternyata tidak diimbangi penambahan hasil yang memadai. Oleh karena itu, pada proses kontak tidak digunakan tekanan besar melainkan tekanan normal, 1 atm. Dari proses kontak ini lalu akan terbentuk asam sulfat pekat dengan kadar 98%.
Berikut adalah diagram proses kontak :







Dari ketiga tahapan tersebut, tahap dua merupakan tahap yang menentukan efisiensi produk asam sulfat sebab membentuk reaksi kesetimbangan. Jika optimasi system reaksi tepat, maka akan diperoleh gas SO3 yang maksimal.
Adapun cara mengoptimasi pembentukan SO3 antara lain :
a. Optimasi Suhu
Oleh karena pembentukan SO3 bersifat eksoterm, efektifitas pembentukan SO3 dioperasikan pada suhu rendah.Kendalanya yaitu, jka suhu terlalu tinggi, maka reaksi berlangsung sangat lambat. Namun jika suhu terlalu rendah, maka reaksi bergeser kea rah penguraian SO3. Selain itu katalis menjadi tidak berfungsi. Berdasarkan hasil penyelidikan, suhu optimum pembentukan SO3 sekitar 450-500˚C.

b. Optimasi Tekanan
Berdasarkan data koefisien reaksi, kita dapat mengetahui bahwa tekanan yang dioperasikan harus tinggi agar posisi kesetimbangan bergeser ke arah produk. Umumnya tekanan yang dioperasikan berkisar antara 2-3 atm. Tekanan tinggi tidak dapat dioperasikan dalam proses ini sebab peralatannya tidak mendukung (SO3 bersifat korosif terhadap logam).


Selain dengan proses kontak, asam sulfat juga dapat dibuat melalui proses bilik timbal. Pada proses blik timbal, bahan bakunya sama dengan proses kontak yaitu S02. Katalis yang digunakan yaitu gas NO dan NO2. Gas S02, NO, NO2, dan uap air dialirkan ke dalam ruangan yang bagian dalamnya dilapsi Pb (timbal). Gas SO2 hasil pemanggangan dialirkan ke dalam menara glover bersama asam nitrat. Dalam hal ini, asam nitrat diurai menjadi NO dan NO2. Campuran gas tersebut dialirkan ke dalam bilik timbal bersama-sama udara dan uap air.
Reaksinya sebagai berikut :
2SO2 + O2 + NO + NO2 + H2O —— 2HNOSO4 (asam nitrosil)
2HNOSO4 + H20 —— 2H2SO4 + NO+ NO2


Sifat-Sifat Asam Sulfat




Nama sistematis : Asam Sulfat
Nama lain : Minyak vitriol
Rumus Molekul : H2SO4
Massa molar : 98,078 g/mol
Densitas : 1,84 g cm−3
Titik Leleh : 10 °C, 283 K, 50 °F
Titik didih : 290 °C, 563 K, 554 °F
Visakositas : 26,7 cP pada 20°C
Sifat bahaya : Sangat korosif
Asam sulfat merupakan asam kuat, karena mudah menyumbang sebuah proton kepada air membentuk ion hidronium (H30+) dan ion bisulfat (HSO4-)
H2SO4(aq) + H20(l) —— H3O+ + HSO4-
Asam sulfat murni berupa cairan kental, tidak berwarna dan tidak berbau serta mudah terurai menjadi SO2 dan H20 bila dipanaskan.
Pengenceran asam sulfat dengan air menghasilkan panas eksotermik karena terjadi reaksi :
H2SO4 pekat + H20 —— H30+ + HSO4-
Asam sulfat bersifat pengoksida lemah dalam suasana dingin, tetapi pengoksida kuat dalam suasana panas.
2X- + 3H2SO4 —— X2 + SO2 + 2H2O + HSO4-
Asam sulfat merupakan asam diprotik kuat
H2SO4 —— H+ + HSO4- (100%)
HSO4- —— H+ + SO4- (10%)

contoh soal biokimia

TUGAS KIMIA BAHAN MAKANAN
SOAL
1. Penjelasan yang berhubungan dengan apa pentingnya mengkonsumsi makanan yang berimbang (4 sehat 5 sempurna) dipandang dari sudut aktifitas dan pertumbuhan. Arahnya kekegemukan / obesitas dan penyakit yang berhubungan.
2. Bandingkan besarnya energi yang dihasilkan dari karbohidrat dan dari lemak (dengan catatan atom C karbohidrat dan lemak sama).
3. Penjelasan tentang apakah protein dapat menghasilkan energi dan bagaimana tahapan protein tersebut mengalami perubahan untuk menghasilkan energi (degradasi protein untuk energi)
4. Bagaimana pembentukan senyawa amadori berangkat dari reaksi dasar antara gugus amin dengan gugus aldehid atau reaksi reduksi gula dan senyawa amin (mekanisme nukleofilik reaksi mailard)
5. Bagaimana mekanisme pembentukan alergen pada ikan tertentu
6. Bagaimana cara menghitung aktivitas air bahan (water activity) dan berikan satu contoh bahan.
7. Penjelasan tentang tatanama asam lemak untuk membedakan antara asam lemak tak jenuh dan asam lemak esensial (omega 3, 6, dan 9)
8. Apa sebabnya orang yang intoleran susu ( tidak dapat minum susu) dapat mengkonsumsi yogurt tanpa gangguan pencernaan?
9. Penjelasan tentang fermentasi alkohol yang membedakan dengan fermentasi pembuatan beer, fermentasi tempe dan oncom.


JAWAB
1. Dari segi aktivitas :
Zat gizi yang terkandung dalam makanan sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia mulai dari tumbuh sampai dewasa. Kadar zat makanan pada setiap bahan makanan tidak sama, sehingga diperlukan konsumsi setiap bahan makanan agar saling melengkapi melalu konsumsi makanan 4 sehat 5 sempuirna. Dimana bahan makanan yang mencakup 4 sehat 5 sempurna itu mengandung bahan pokok yang mengandung karbohidrat yang dapat digunakan sebagai tenaga bagi tubuh untuk melakukan aktivas.
Dari segi pertumbuhannya:
Komponen makanan 4 sehat 5 sempurna yang berperan dalam pertumbuhan yaitu
• Lauk pauk sebagai pembangun tubuh untuk memenuhi kebutuhan zat untuk pertumbuhan tubuh.
• Sayur mayur mengandung zat yang berfungsi sebagai pengatur tubuh,
• Buah-buahan mengandung zat yang berfungsi sebagai pengatur tubuh,
• susu sebagai pelengkap tetapi tidak diwajibkan untuk mengkonsumsinya, namun tidak ada salanya jika kita minum susu setelah makan karena mengandung berbagai zat gizi yang berguna bagi tubuh kita

Kaitannya dengan obesitas/kegemukan : Apabila seseorang mengkonsumsi makanan berimbang maka kebutuhan tubuh akan zat karbohidrat, prtoein, vitamin, dan mineral terpenuhi sehingga metabolisme tubuh dapat berlangsung yang akan menghasilkan energi, dimana hal tersebut terjadi terus menerus. Apabila orang melakukan aktivitas, maka energi yang dihasilkan tersebut akan digunakan, tetapi ketika energi terus menerus dihasilkan sedangkan aktivitas tidak dilakukan, maka akan terjadi penumpukan energi didalan tubuh yang kemudian disimpan dalam lemak, sehingga hal itu yang menyebabakan terjadinya obesitas atau kegemukan. Selain itu disebabkan juga oleh mengkonsumsi bahan pangan yang berlebihan


2. Perbandingan jumlah energi yang dihasilkan oleh asam lemak dan karbohidrat dengan jumlah atom C yang sama.
Misalnya pada glukosa dan asam heksanoat (dengan 6 atom C yang sama)
- Karbohidrat (glukosa)
Dalam proses metabolisme, Glukosa akan mengalami proses glikolisis dan TCA sehingga akan menghasilkan CO2 dan H2O

1. Glikolisis : 8P
2. Oksidasi piruvat (2 x 3P) : 6P
3. Siklus Kreb’s (2 x 12P) : 24P
Jumlah : 38P
- Asam lemak (asam heksanoat)
Asam lemak dengan 6 atom C,
1. Untuk aktivasi kita memerlukan energi 2 ATP
2. Energi yang di hasilkan oleh oksidasi beta adalah (6:2)-1, yaitu 2 kali oksidasi beta
3. Hasilnya adalah 2 x 5 = 10 ATP.
Karena asam lemak memiliki 6 atom C, maka asetil-KoA yang terbentuk sebanyak 3 buah. Setiap asetil-KoA akan masuk ke dalam siklus Kreb’s yang masing-masing akan menghasilkan 12 ATP, sehingga totalnya adalah 3 X 12 ATP = 36 ATP. Dengan demikian sebuah asam lemak dengan 6 atom C, akan dimetabolisir dengan hasil -2 ATP (untuk aktivasi) + 10 ATP (hasil oksidasi beta) + 36 ATP (hasil siklus Kreb’s) = 46 ATP.

Berdasarkan hasil diatas dapat dikatakan bahwa dalam metabolisme asam lemak dihasilkan energi sebesar 46 ATP, sedangkan dalam metabolisme karbohidrat dihasilkan energi sebesar 38 ATP. Jadi metabolisme dengan jumlah atom C yang sama antara asam lemak dan karbohidrat akan diperoleh energi yang lebih banyak dengan metabolisme asam lemak.

3. Energi yang dihasilkan dari protein
Protein dapat didegradasi menjadi energi, dengan cara memecah protein menjadi asam amino-asam amino yang kemudian akan dimetabolisme. Dua proses utama dalam metabolisme asam amino untuk melepaskan gugus amin yaitu transaminasi dan deaminasi oksidatif. Pada reaksi transaminasi gugus –NH2 yang dilepas diterima oleh suatu asam keto, sehingga terbentuk asam amino baru dan asam keto lain, reaksi ini terjadi di dalam mitokondria maupun cairan sitoplasma. Sedangkan pada reaksi deaminasi, gugus –NH2 dilepaskan dalam bentuk amonia yang kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh dalam bentuk urea dalam urine.

Setelah mengalami pelepasan gugus amin, asam-asam amino dapat memasuki siklus asam sitrat melalui jalur yang beraneka ragam untuk menghasilkan energi.



4. Tahap-tahap pembentukan senyawa amadori
• Reaksi antara gugus gula pentosa atau heksosa dengan asam amino.


• Amadori compounds diisomerisasi menjadi tiga struktur berbeda yang dapat bereaksi dengan cara yang berbeda tergantung dari bentuk amadori compound


• Hidroksi dengan air yang akan menghilangkan gugus amin yang akhirnya diturunkan menjadi komponen penting rasa furfural dan hydroxymethyl furfural (HMF).

Furfural dihasilkan dari gula pentosa dan HMF dihasilkan dari gula heksosa.

5. Mekanisme pembentukan alergen pada ikan dan udang tertentu
Mekanisme Alergi
1. Fase Sensitisasi, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikatnya oleh reseptor spesifik (Fcε-R) pada permukaan sel mast dan basofil.
2. Fase Aktivasi, yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang spesifik dan sel mast melepas isinya yang berisikan granul yang menimbulkan reaksi.
3. Fase Efektor, yaitu waktu terjadi respons yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator-mediator yang dilepas sel mast dengan aktivitas farmakologik (Baratawidjaja, 2006).
Ikan dapat menimbulkan sejumlah reaksi. Alergen utama dalam codfish adalah Gad C1 telah diisolasi dari fraksi miogen. Udang mengandung beberapa alergen. Antigen II dianggap sebagai alergen utama. Otot udang mengandung glikoprotein otot yang mengandung Pen a1 (tropomiosin).
6. Untuk menentukan aktivitas air (AW) terlebih dahulu kita mengetahui harga ERH (Equilibrium Relative Humidity):
ERH = T/Po
P = tekanan udara dalam camber yang berisi garam
Po = yang berisi bahan pangan
• Jika AW lebih besar dari ERH maka air akan dilepas ke udara,
• jika AW lebih kecil maka air di udara akan masuk kebahan pangan.
• Kondisi setimbang apabila kadar air bahan tidak berubah lagi, atau tidak ada mobilisasi air lagi
• Sehingga AW = ERH/100
Aktivitas air menggambarkan jumlah air bebas yang dapat dimanfaatkan mikroba untuk pertumbuhannya, istilah ini digunakan sebagai criteria untuk keamanan dan kualitas pangan.

Aw pada setiap bahan pangan berbeda, sebagai contoh:produk-produk kering seperti kerupuk, kraker, dsb memiliki kisaran Aw antara 0,1 – 0,2.
Aw pada bahan pangan dapat diturunkan dengan menghilangkan air dari bahan pangan (desorpsi).
Aw pada bahan pangan dapat pula dinaikkan dengan menambahkan air ke bahan pangan (adsorpsi)
Untuk menurunkan Aw, beberapa cara dapat dilakukan, misalnya:
(1) menambahkan solut (zat terlarut)
(2) menambahkan ion

7. Tata nama asam lemak untuk membedakan asam lemak jenuh dan tak jenuh (omega 3, 6 dan 9)
• Tatanama untuk asam lemak tak jenuh yaitu penamaannya sama seperti nama asam karboksilat namun, untuk ikatan rangkap dihitung dari gugus karbonil. Omega 3, 6, dan 9 merupakan asam lemak esensial atau tidak bisa dihasilkan didalam tubuh. Dinamakan asam lemak omega 3 karna ikatan rangkap pertama terletak pada atom karbon nomor 3, begitu juga untuk omega 6 dan 9, ikatan rangkap pertama dari senyawa-senyawa yang termasuk didalamnya berada pada atom karbon nomor 6 dan 9 sehingga dinamakan omega 3, 6, dan 9.

8. Orang yang intoleran susu dapat mengkonsumsi yogurt
• Susu banyak mengandung laktosa atau sering disebut dengan gula susu, pada saat seseorang mengkonsumsi laktosa yang terdapat dalam susu dan produk-produk sejenisnya maka bakteri dalam usus besar mengubah laktosa itu menjadi asam laktat dan karbon dioksida. Dalam waktu 30 menit saja, timbul gejala-gejala umum, yang mencakup mual, kejang otot, kembung, dan diare.
• Yoghurt mengandung laktosa hampir sebanyak susu, namun beberapa penderita intoleransi laktosa (susu) dapat mengkonsumsi yoghurt atau mencernanya tanpa mengalami gangguan. Karena yoghurt mengandung mikroorganisme yang mensintesis laktase (bakteri asam laktat) yang dihasilkan pada proses fermentasi susu, dan ini membantu pencernaan laktosa. Yoghurt lebih mudah dicerna oleh tubuh dibanding dengan susu.
Mengkonsumsi yoghurt dapat mengatasi intoleransi laktosa. Bakteri asam laktat dalam yoghurt dapat menguraikan laktosa susu menjadi monosakarida yaitu glukosa dan galaktosa, sehingga susu mudah dicerna dan diserap tubuh. Selain itu, bakteri asam laktat dalam yoghurt dapat mensintesis dan mengaktifkan enzim laktase dalam saluran pencernaan. Selain dapat mengkondisikan susu murni menjadi mudah dicerna, yoghurt pun mampu memperbaiki kerja saluran pencernaan. Dampaknya, dengan meminum yoghurt secara teratur kita tidak akan lagi mengalami diare karena intoleransi laktosa. Yoghurt mengandung laktosa hampir sebanyak susu, namun beberapa penderita intoleransi laktosa dapat mencernanya tanpa mengalami gangguan. Karena yoghurt mengandung mikroorganisme yang mensintesis laktase, dan ini membantu pencernaan laktosa. Yoghurt lebih mudah dicerna oleh tubuh dibanding susu.

9. Fermentasi merupakan kegiatan mikroba terhadap bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki. Mikroba yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir, dan kapang.
1. Beer : dalam pembuatannya digunakan mikroba jenis khamir yaitu sakaromises sp. Khamir ini akan mengubah gula menjadi alkohol dan CO2
2. Tempe dan oncom digunakan mikroba jenis kapang: pada pembuatan tempe kapang yang digunakan adalah Rizhopus sp dan bahan kedelai. Sedangkan pada pembuatan oncom, karena memiliki 2 jenis oncom yakni oncom merah dan hitam maka untuk oncom merah dibuat dari bungkil tahu dan didegradasi oleh kapang neuros spora fitofila, untuk oncom hitam dibut dari bungkil kacang tanah yang didegradasi oleh kapang tempe rizhopus oligus porus dan atau jamur-jamur mucor
Perbedaan tempe dan oncom adalah:
• Hasil olahan pada oncom dikatakan siap diperdagangkan setelah kapang menghasilkan spora
• Hasil olahan pada tempe diperdagangkan sebelum kapang menghasilkan spora (tahap kifa)

Wednesday, September 29, 2010

reaksi radikal dan nukleofilik aromatik

BAB 1
RADIKAL BEBASA
1. Pendahuluan
Salah satu dari sekian banyak hasil penelitian dalam bidang kesehatan yang paling menarik perhatian saat ini adalah bidang nutrien antioksidan. Meski demikian, pemahaman akan pentingnya antioksidan itu dinilai masih sangat rendah. Berdasarkan survey yang dilakukan melalui telepon, lebih dari setengah orang Amerika pernah mendengar istilah antioksidan. Akan tetapi kebanyakan dari mereka tidak paham benar mengenai berbagai zat gizi yang termasuk antioksidan. Penggunaan senyawa antioksidan semakin berkembang baik untuk makanan maupun untuk pengobatan seiring dengan bertambahnya pengetahuan tentang aktivitas radikal bebas (Boer, 2000).
Berbagai perbincangan mengenai antioksidan mau tidak mau harus menyertakan penjelasan mengenai oksidan termasuk didalamnya adalah radikal bebas. Radikal bebas acapkali dijumpai dalam bentuk oksigen yang reaktif. Molekul yang sangat reaktif ini, jika tidak dikendalikan dapat merusak tubuh dan berperan terhadap timbulnya berbagai penyakit. Radikal bebas akan mengambil elektron dari molekul lain. Hal ini dapat menyebabkan pembentukan radikal bebas yang baru yang akan mencuri elektron dari molekul lainnya. Akibatnya, reaksi berantai ini akan terus berlanjut layaknya bola salju yang terus bergulir. Beberapa radikal bebas dapat bereaksi dengan struktur sel. Bila reaksi ini terus berlanjut berpotensi mengakibatkan kerusakan langsung atau kerusakan jangka panjang.

2. Pembahasan
2.1 Pengertian Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul yang kehilangan elektron, sehingga molekul tersebut menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mengambil elektron dari molekul atau sel lain. Dengan kata lain radikal bebas merupakan atom/gugus yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas ini merupakan spesies yang sangat reaktif sehingga umurnya pendek. Radikal bebas dibentuk jika ikatan terbelah menjadi dua yang sama-sehingga setiap atom mendapat satu dari dua elektron yang dipakai untuk berikatan. Disebut juga sebagai pembelahan homolitik.
Ada dua cara yang digunakan untuk menulis rumus radikal bebas, yaitu:
a. Dengan cara rumus lewis, yakni dengan menggambarkan semua elektron pada atom, baik yang berpasangan maupun tidak dengan lambang berupa titik
contoh:

b. Dengan hanya menuliskan elektron yang tidak berpasangan dengan lambang titik. lambang ini lazim di pakai pada penulisan reaksi radikal bebas
contoh: Cl• , RO•, RN•
2.2 Sumber-sumber radikal bebas
Inisiator adalah zat yang dalam kondisi reaksi tertentu dapat menghasilkan sejumlah radikal bebas yang memungkinkan reaksi radikal bebas berlanjut. Berikut disajikan beberapa senyawa yang dapat menghasilkan radikal bebas.
a. Halogen (Cl2, Br2, F2, dan seterusnya)
contoh:

b. Peroksida (HOOH, atau ROOR)
Contoh:


c. Senyawa azo (RNNR)
Contoh:

d. alkil halida (R-X)

e. hipoklorit (R-O-Cl)

2.3 Struktur kimia radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk in-vivo dan in-vitro secara :
1. Pemecahan satu molekul normal secara homolitik menjadi dua. Proses ini jarang terjadi pada sistem biologi karena memerlukan tenaga yang tinggi dari sinar ultraviolet, panas, dan radiasi ion.
2. Kehilangan satu elektron dari molekul normal
3. Penambahan elektron pada molekul normal
Pada radikal bebas elektron yang tidak berpasangan tidak mempengaruhi muatan elektrik dari molekulnya, dapat bermuatan positif, negatif, atau netral.

2.4 Mekanisme umum reaksi radikal bebas
a. Inisiasi
Tahap inisiasi merupakan tahap awal pembentukan radika-radikal bebas dengan pembelahan homolitik sehingga nasing-masing atom terpisah dengan membawa satu elektron. Terlepas dari itu, inisiasi dapat terbentuk secara sepontan atau karena pengaruh panas/cahaya. Selain itu juga radikal bebas dapat terbentuk melalui transfer satu elektron (dengan melepas dan menerima elektron)


b. Propagasi
Setelah terbentuk radikal bebas dengan kereaktifan yang tinggi yang kemudian dapat bereaksi dengan setiap spesies yang ditemukan. Pada tahap ini akan terbentuk radikal bebas yang baru, karena radikal bebas yang dihasilkan pada tahap awal bereaksi dengan molekul lain. Selanjutnya radikal bebas baru tersebut dapat pula bereaksi dengan molekul atau radikal bebas yang lain. Oleh karena itu dalam proses propagasi dikatakan terjadi reaksi berantai. Apabila radikal bebasnya sangat reaktif, misalnya radikal alkil, maka terjadi rantai yang panjang karena melibatkan sejumlah besar molekul. Apabila radikal bebasnya kereaktifannya rendah, misalnya radikal aril, maka kemampuannya bereaksi rendah sekali, sehingga rantai yang terjadi pendek, bahkan mungkin tidak terjadi rantai.

c. Terminasi
Langkah berikutnya adalah destruksi radikal bebas atau langkah terminasi, yang ditandai oleh kombinasi radikal bebas yang sama ataupun yang berbeda,dan langkah ini mengakhiri reaksi radikal bebas.

2.5 Reaksi Substitusi Radikal Bebas pada Senyawa Alifatik
Hubungan antara struktur substrat dan kereaktifannya dalam reaksi radikal bebas adalah
1. Pada alkana
Kereaktifan H30 > H20 > H10 (H30 : H tersier dan seterusnya)

2. Atom H alilik dapat dobrominasi dengan pereaksi NBS
3. Atom H tersier mudah dioksidasi

a. Halogenasi pada atom C gugus alkil
Alkana dapat diklorinasi atau dibrominasi dengan mereaksikannnya pada klor atau brom dibawah pengaruh cahaya tampak atau cahaya ultraviolet.
Contoh:


b. Halogenasi Alilik
Alkena dapat dihalogenasi pada posisi alilik dengan menggunakan sejumlah pereaksi seperti N-bromosuksinimida (disingkat NBS) dengan rumus struktur adalah sebagai berikut:



│ │ │ peroksida │ │ │
Reaksi : - C = C – C – H + NBS - C = C – C – Br
│ CCl4 │

Brominasi yang menggunakan NBS dengan pelarut nonpolar CCl4 dinamakan reaksi Wohl-Ziegler. Dalam reaksi ini diperlukan inisiator senyawa peroksida, atau cahaya ultraviolet. Pereksi NBS dapat pula digunakan untuk melakukan brominasi pada: posisi- terhadap gugus karbonil, ikatan ganda-tiga, dan cincin aromatik. bila pada suatu senyawa terdapat ikatan rangkap dan ikatan ganda-tiga, maka yang diserang adalah poisisi- terhadap ikatan ganda-tiga. Dauber dan McCoy menyimpulkan bahwa mekanisme brominasi alilik merupakan mekanisme radikal bebas. Reaksi ini tidak akan berlangsung tanpa inisiator, yang berupa Br•. Diungkapkan pula bahwa yang mengabstraksi atom H dalam substrat adalah atom Br. Setelah terjadi tahap inisiasi yang mengahasilkan Br•, maka langkah-langkah dalam tahap propagasinya adalah :

(1) Br • + RH → R • + HBr
(2) R• + Br2 → RBr + Br

Penghasil Br2 dalam reaksi ini adalah reaksi antara NBS dan HBr yang dihasilkan dari persamaan reaksi (1) diatas.




Dengan demikian fungsi NBS adalah sebagai sumber brom dengan konsentrasi yang rendah dan mengikat HBr yang dibebaskan dari persamaan reaksi (1).

c. Hidroksilasi pada atom C alifatik
Senyawa alkohol dapat dihasilkan dari reaksi oksidasi senyawa-senyawa yang mengndung ikatan -C-H. Karena pada umumnya ikatan –C–H tersebut merupakan C tersier maka alkohol yang diperoleh adalah suatu alkohol tersier. Hal disebabkan karena ikatan -C–H tersier memang lebih mudah diserang radikal bebas daripada ikatan C-H primer dan sekunder. Dalam pembentukan alkohol tersier ini, hasil yang terbaik dapat dicapai dengan menggunakan O3 dan substratnya diserapkan pada silika gel.
O3
Reaksi: R3CH R3COH
Silika gel
2.6 Contoh soal
1. Tulislah persamaan untuk reaksi inisiasi, propagasi, dan terminasi yang menghasilkan klorosikloheksana dari sikloheksana dan klor.
2. tulislah tahap-tahap propagasi yang menghasilkan tetraklorometana dari triklorometana
3. seorang ahli kimia bermaksud membuat kloro etana dari klor dan etana. Jika ia ingin menghindari produk-produk klorinasi yang lebih tinggi, akankah ia menggunakan: a) campuran ekuimolar, CH3CH3 dan Cl2, 2) Cl2 berlebih, dan 3) CH3CH3 berlebih?
Pembahasan:
1.


3. Jawaban c) dengan menggunakan CH3CH3 berlebih, ahli kimia tersebut meningatkan peluang (probabilitas) tabrakan antara Cl radikal dan CH3CH3, serta mengurangi peluang tabrakan antara Cl radikal dan CH3CH3Cl
2.7 Kesimpulan
Radikal bebas didefinisikan sebagai atom/molekul/senyawa yang mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Karena secara kimia, molekulnya tidak berpasangan, radikal bebas cenderung untuk bereaksi dengan molekul sel tubuh. Kemudian menimbulkan senyawa tidak normal (radikal bebas baru yang lebih reaktif) dan memulai reaksi berantai yang dapat merusak sel-sel penting. Beberapa komponen tubuh yang rentan terhadap serangan radikal bebas antara lain; kerusakan DNA, membran sel, protein, lipid peroksida, proses penuaan dan autoimun manusia. Dalam bidang medis, diketahui bahwa radikal bebas merupakan biang keladi berbagai keadaan patologis seperti penyakit liver, jantung koroner, kanker, diabetes, katarak, penyakit hati, dan berbagai proses penuaan dini.



BAB II
REAKSI SUBSTITUSI NUKLEOFILIK AROMATIK
1. Pendahuluan
Pada kondisi reaksi biasa pada dasarnya senyawa aromatik tidak reaktif terhadap serangan nukleofil. Sejauh ini reaksi senyawa aromatik terfokus pada substitusi elektrofilik aromatik. Meskipun demikian suatu arl halida dapat mengalami substtusi nukleoflk aromatik.

Meskpun reaks datas nampaknya serupa dengan reaks SN1 dan SN2, namun reaks di atas sangatlah berlainan dan berlainan juga dengan reasksi elektrifilik
2. Pembahasan mengenai reaksi nukleofilik aromatik
Beberapa kelompok senyawa aromatik yang dapat mengalami substitusi nukleofilik dengan mudah adalah sebagai berikut.
1. Senyawa aromatik yang mengikat gugus penarik elektron pada posisi orto atau para terhadap gugus pergi.
2. Senyawa aromatik yang dalam reaksinya dengan nukleofil tertentu di bawah pengaruh basa kuat melalui pembentukan hasil antara benzuna atau aruna.
3. Garam-garam diazonium, yang reaksinya dengan nukleofil memberikan hasil yang berupa substitusi atom N gugus diazonium oleh nukleofil.
Substitusi nukleofilik pada senyawa aromatik umumnya berlangsung dua tahap, yaitu:
1. Serangan nukleofil pada senyawa aromatik yang berlangsung lambat dan membentuk hasil antara karbanion.
2. Tahap lepasnya gugus pergi dari karbanion yang berlangsung dengan cepat.
Pada reaksi substitusi nukleofilik aromatik yang melalui tahap pembentukan hasil antara benzuna dan aruna, reaksinya berlangsung melalui mekanisme reaksi eleminasi-adisi. Pada substitusi nukleofilik garam-garam diazonium reaksinya berlangsung dengan mekanisme sn1.
Mekanisme substitusi aromatik nukleofilik diprediksi berjalan dari dua jalur beriut. Pertama melalui zat-antara karbanion. Jika cincin itu teraktifkan terhadap substitusi nukleofilik oleh suatu gugus yang menarik elektron, maka reaksi berjalan dua tahap. 1) adisi nukleofil untuk membentuk suatu karbanion, 2) lepasnya ion halida.


Meskipun zat antara karbanion tak stabil dan reaktif, namun dapat distabilkan oleh resonansi penyebaran muatan negative oleh gugugs-gugus penarik elektron. Struktur resonansi zat antara ini menunjukan bahwa substituen-o atau –p penarik elektron lebih menstabilkan karbanion itu dari pada substituen –meta. Bila substituen itu-o atau –p, maka muatan negatif itu akan berdampingan dengan gugus penarik elektron dalam salah satu struktur resonansi.


Reasi umum sebstitusi senyawa aromatik nukleofilik


Berikut merupakan contoh mekanisme reasi substitusi nuklefilik aromatik dari 2,4-dinitrochlorobenzene



Jika tidak ada substituen penarik elektron pada cincin, substitusi nukleofilik aromatik sangat sulit. Dalam hal ini, mekanisme tersebut dianggap melewati zat antara benzuna



Struktur benzuna tidak mirip dengan alkuna, keduanya memiliki ikatan sigma sp2-sp2 yang tumpang tindih dengan p-p. Kedua ikatan ini sama seperti dalam benzena. Pembentukan zat antara benzuna dalam reaksi klorobenzena dengan NaNH2 dalam NH3 diprediksi melaluimmekanisme berikut:



Senyawa benzuna dapat melakukan reaksi adisi dengan cepat dengan suatu nukleofil yang dapat menghasilkan suatu karbanion yang dapat mengambil sebuah proton dari NH3 untuk menghasilkan produk.





3. contoh soal
1. Bandingkan pengaruh kestabilan karbokation 30 dan karbokation 20 dalam reaksi SN1!
Jawaban :
Reaksi SN1 merupakan reaksi pemutusan ikatan alkil halida menjadi ion karbonium dan ion halida, maka kestabilan karbokation 30 > 20 > 10 [(R3)3C+ > (R2) CH+ > R CH2+ > CH3+ ). Suatu karbokaion (karbonium) adalah sebuah atom karbon C yang mengikat tiga gugus, maka ikatan gugus-gugus tersebut terleta dalam satu bidang dan sudutnya 1200. pengaruh kestabilan ion karbonium dipengaruhi oleh gugus alkil R, dimana semakin besar gugus alkil akan mengakibatkan semakin besarnya efek induksi (+I) sehingga atom C karbonium akan lebih bermuatan positif.

4. kesimpulan
senyawa aromatik dapat melakukan reaksi substitusi nukleofilik aromatik. suatu substitusi kedua akan menghasilkan isomer –o dan –p atau isomer –m, tergantung pada substituen pertama. Pengaruh – o dan –p yang memiliki elektron yang dapat didonorkan ke cincin melalui resonansi.



















DAFTAR PUSTAKA

Anymous. 2006. Chapter 14. Radical reactions. http://www.bgsu.edu/departments/chem /faculty/pavel/Chem542/Chapter%2014%20-%20542.pdf ( Diakses 24 Juli 2010 ).

Arief, Syamsul. 2003. Radikal Bebas. Buletin Ilmu Kesehatan Fakultas Kesehatan UNAIR Surabaya. http://www.pediatrik.com/buletin/06224113752-x0zu6l.pdf ( Diakses 11 Agustus 2010 ).

Andayani, R., Lisawati, Y., dan Maimunah. 2008. Penentuan Aktivitas Antioksidan, Kadar Fenolat Total Dan Likopen Pada Buah Tomat. Universitas Andalas, Padang. http://ejournal.unad.ac.id/abstrak/j-kim-4-1-5.pdf ( Diakses 11 Agustus 2010 ).

Bresnick, Stephen. 2003. Intisari Kimia Organik. Jakarta : Hipokrates.

Brown. William H., Foote, Christopher S., Inverson, Brent L.. 1998. Organic Chemistry Mechanism of Haloalkanes.www.docbrown.info/page06/OrgMechs1b.htm ( Diakses 11 Agustus 2010 )

Fessenden. J Ralph and Fessenden. Joan S. 1996. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.

Hart, H., Craine, Leslie E., Hart, David J. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Kesebelas. Jakarta : Erlangga.

Kikuzaki, H., Hisamoto, M., Hirose, K., Akiyama, K., and Taniguchi, H.2002. Antioxidants Properties of Ferulic Acid and Its Related Compound organic chemistry mechanisms of alkenes nucleophilic addition, Japan : Agric.Food Chem 50:2161-2168. www.massey.ac.nz/~gjrowlan/strat/lct8.pdf ( Diakses 16 Agustus 2010 ).

Pine, Stanle H., Hendricckson, James B., Cram, Donald J., Hammond, George S. 1988. Kimia Organik 2 Terbitan Keempat. Bandung : ITB

Praptiwi, Dewi P., Harapini M. 2006. Nilai Peroksida dan Aktivitas Anti Radikal Bebas Diphenyl Picril Hydrazil Hydrate (DPPH) Ekstrak Metanol Knema Laurina. Majalah Farmasi Indonesia 17 (1); 32-36. LIPI, Bogor dan LIPI Serpong. http://iirc.lipi.ac.id/jspui/bitstream/123456789/30837/1/F99TMR.pdf ( Diakses 11 Agustus 2010 )

Magnus, J. 2006. Reaksi Radikal Bebas Kimia Organik. Persentasi kuliah kimia organik UNDIP. http://www.findtoyou.com/powerpoint/download-reaksi+radikal+bebas+ kimia+organik-1121.html ( 19 Agustus 2010 )

Sykes P., 1989, Penuntun Mekanisme Reaksi Kimia Organik diterjemahkan Sukartini Edisi Keempat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Maulida,Dewi dan Zulkarnaen, Naufal. 2010. Ekstraksi Antioksidan ( Likopen ) dari Buah Tomat dengan Menggunakan Solven Campuran, n – Heksana, Aseton, dan Etanol. Skripsi Jurusan Tehnik Kimia Fakultas Tehnik. Semarang : Universitas Diponegoro. http://www.staff.undip.ac.id/internal/132149431/ material/SAP-antioksidan-buah-tomat-solven-I-pdf.pdf ( 16 Agusts 2010 )

Wahyudi.2000. Kimia Organik 3. Jakarta: Universitas Terbuka Press.

http://wapedia.mobi/id/Substitusi_nukleofilik ( Diakses 19 agustus 2010 )
http://www.chem-is-try.org/kategori/materi_kimia/mekanisme_reaksi_organik/ ( Diakses 16 Agustus 2010 ).